SuaraSurakarta.id - Dunia bisnis terus berkembang seiring perkembangan teknologi digital saat ini.
Namun, masih banyak pelaku UMKM dan dunia usaha yang belum memaksimalkan perkembangan teknologi guna mendongkrak penjualan barang dagangan mereka.
Inilah yang mencuat dalam diskusi media eksklusif yang bertajuk ‘Transformasi Digital UMKM Indonesia : Menghadapi Tantangan dan Menggapai Peluang Bertumbuh dalam Ekosistem Digital Busines 2 Business (B2B) Inklusif’ yang diadakan di Java Terrace Kitchen, Kecamatan Laweyan, Kota Solo pada Senin (14/8/2023) siang.
Dalam kegiatan ini, menghadirkan tiga pembicara kunci yakni Ketua Umum HIPMI Kota Solo, Respati Ardi, Ketua Komite Ekonomi Kreatif Kota Solo, Dr. Sutanto Sastraredja, S.Si., DEA dan SVP Marketing & Corporate Affairs Gudang Ada, Yuanita Agata.
Baca Juga:UMKM Solo Terus Digenjot dengan Program Jawara, 6 Asesor Ikut Dampingi
"Dapat diamati, pentingnya literasi digital dalam bisnis rantai pasok sektor UMKM. Terlepas dari skala usaha, semakin banyak UMKM yang beralih ke platform digital maka semakin luas jangkauan pasar, meningkatkan efisiensi operasional, dan meningkatkan interaksi dengan pemangku kepentingan bisnis," terang Sutanto dalam kegiatan tersebut.
Dari data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (Kemenkop UKM) tahun 2022 menunjukan, kata Sutanto, hanya 20% UMKM Indonesia yang telah mengadopsi teknologi digital. Masih sedikitnya pelaku usaha memanfaatkan teknologi lantaran munculnya kendala yang dialami.
"Jika melihat data, kendala yang mereka hadapi itu mulai dari teknologi mencapai 40 persen. Kurangnya pemahaman tentang manfaat digitalisasi mencapai 30 persen dan keterbatasan sumber data mencapai 30 persen," ungkapnya.
Sementara, Respati Ardi menekankan terkait ekosistem digital B2B yang memiliki peran strategis dalam memperluas peluang pasar dan membangun kemitraan bisnis bagi segenap stakeholder bisnis rantai pasok, terutama pebisnis UMKM.
Menurutnya, sudah menjadi visi dari HIPMI Kota Solo untuk menjembatani kolaborasi industri dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem digital B2B yang inklusif.
Baca Juga:Hadapi Kenaikan Harga, Relawan Sandiaga Uno Bersama Pemuda Perindo Buka Bazar Sembako Murah
"Ini menjadi tantangan untuk kami, dalam memperluas akses UMKM ke teknologi digital. Termasuk, mengatasi hambatan yang umumnya ditemui wirausahawan muda dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi lokal Solo," ungkapnya.
Mengatasi kendala tersebut, Yuanita Agata mengungkapkan, hendaknya dibangun aplikasi untuk mewadahi seluruh produk UMKM khususnya di Kota Bengawan. Melalui itu, masyarakat dapat dengan mudah mengakses untuk menemukan produk yang diinginkan.
GudangAda memiliki sejarah panjang sebagai ekosistem layanan bisnis B2B terintegrasi di Indonesia. Saat ini, kami telah bermitra dengan lebih dari 1 juta pedagang tradisional. Komitmen kami, untuk mempercepat transformasi digital UMKM lokal dan tumbuh bersama melalui platform yang dibangun.
Menurutnya, butuh adopsi strategi digital yang lebih baik dalam meningkatkan skala bisnis UMKM Indonesia.
"Kami sangat mengapresiasi, penyelenggaraan UMKM 2023 di Kota Solo tahun ini. Kami juga mendukung komitmen pemerintah untuk mencapai target lebih dari 30 juta UMKM di 2024. Kami juga memberikan pendampingan, pendekatan kolaboratif, perluasan jaringan pasar baru dan perluasan jaringan penggunaan platform kami. Temasuk berinvestasi dalam teknologi untuk menjadikan pengalaman bisnis mereka lebih efisien dan bermanfaat," katanya.