"Mirip Tanjung Priok. Ada truk kontainer dan kapal-kapal meski ini di sungai ya. Kondisinya seperti di wilayah pelabuhan," ungkap fotografer NPC Indonesia, Agung Wahyudi.
Petualangan menyusuri jalan Morodok ke pusat kota Phnom Penh tak hanya berhenti sampai di titik itu. Suara.com kembali menyusuri ruas itu saat malam hari menggunakan kendaraan umum berupa bajai atau di Kamboja bernama Tuk-Tuk.
Berbeda dengan bajai Indonesia, di Kamboja setir kemudi mobil berada di sisi kiri dan kendaraan berjalan di sisi kanan. Kawasan distrik Kandal yang siang hari terlihat gersang berubah menjadi sebuah keindahan dengan nyala lampu jalanan.
Suasana semakin syahdu ketika kawasan itu dilihat dari atas jembatan Prek Pnov. Menyusuri jalanan dengan cuaca panas membawa Suara.com sampai di pusat kota Phom Penh.
Baca Juga:Hasil Akhir ASEAN Para Games 2023: Indonesia Juara Umum dengan 159 Medali Emas
Kaleng Bir Berserakan, Tapi Tanpa Rokok
![Tuk-Tuk menjadi salah satu transportasi umum paling populer di Kamboja. [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/06/12/60214-asean-para-games-2023.jpg)
Salah satu lokasi yang sempat menarik perhatian adalah kawasan hiburan malam. Salah satunya di wilayah Preah Ang Dunong 110 dan Khemarak Phoumin Ave 130 yang berjarak beberapa ratus meter saja dari Museum Nasional Kamboja atau di tepi Sungai Mekong.
Belasan wanita penghibur pun standby di depan pub maupun bar tempat mereka bekerja, sembari menunggu tamu maupun wisatawan datang.
Dari informasi yang didapatkan Suara.com, tarif untuk sekali kencan di lokasi itu sekitar 20-25 dolar AS.
"Harga pasaran sebesar itu. Tapi kalau ada yang minta lebih dari 50 dolar AS berarti penipuan," ungkap salah seorang sumber.
Baca Juga:Gadis Cantik Kamboja Ucap Assalamualaikum, Apakah Anda Islam?
Seperti gambaran tempat hiburan malam, botol-botol miras jenis bir jadi pemandangan umum. Tak sedikit kaleng bir yang berserakan di tepi jalan maupun meja-meja di bar itu.