Kisah Toko Kaset Pita Kurnia Illahi Solo: Legendaris dan Masih Eksis di Tengah Gempuran Digitalisasi

Kios bernama Kurnia Illahi ini merupakan tempat yang menjual kaset pita, VCD, CD, dan DVD berbagai jenis musik terlengkap.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 26 Oktober 2022 | 18:10 WIB
Kisah Toko Kaset Pita Kurnia Illahi Solo: Legendaris dan Masih Eksis di Tengah Gempuran Digitalisasi
Yeyen Rahman pemilik toko kaset Kurnia Illahi Solo saat ditemui, Rabu (26/10/2022). [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Alunan musik dari kaset pita terdengar dari salah satu kios yang berada di perempatan koridor Ngarsopuro Jalan Diponegoro, Kota Solo.

Kios bernama Kurnia Illahi ini merupakan tempat yang menjual kaset pita, VCD, CD, dan DVD berbagai jenis musik terlengkap.

Meski saat ini masuk era digital dengan munculnya media sosial (medsos), seperti youtube, namun, toko Kurnia Illahi masih tetap eksis dan bertahan hingga sekarang meski tergerus zaman atau digitalisasi.

Bahkan termasuk toko legendaris yang menjual kaset pita, CD, hingga VCD.

Baca Juga:Usung Digitalisasi, Begini Tiga Opsi Pengunjung Lampung Fair 2022

Toko Kurnia Illahi ini sudah ada sejak tahun 1974 silam. Awal berdiri itu jual piringan hitam laku berkembang kaset pita hingga VCD.

"Kurang lebih sudah 48 tahun berdiri, dari piringan hitam awalnya. Ini sudah generasi kedua, dari bapak lalu ke anak," ujar pemilik toko Kurnia Illahi, Yeyen Rahman (50), saat ditemui, Rabu (26/10/2022).

Dulu awalnya yang jualan itu bapak mertua bernama Ridwan, lalu bapak sudah tua digantikan anaknya (suaminya), Rahman Ridwan (60).

"Sejak awal memang keluarga suami saya sudah jualan kaset pita. Awalnya itu bapak mertua sama suami saya," katanya.

Dulu usahanya terus berkembang, kemudian anak-anak bapak mertua lainnya membuka toko sendiri. Mereka buka di daerah Ngapeman dan Matahari Singosaren, tapi dulu ngambilnya tetap di sini. 

Baca Juga:Diisi Puluhan Musisi, Festival Musik Koplo Tak Kenal Maka Tak Goyang Siap Digelar

"Tapi sekarang tinggal yang di sini sama Ngapeman, kalau yang di Matahari Singosaren sudah tutup. Jadi adik-adik suami saya dulu penjual kaset," ungkap dia. 

Menurutnya, dulu toko atau pedagang kaki lima penjual kaset pita, atau VCD di Solo itu menjamur hingga beberapa tahun sebelum pandemi Covid-19.

"Dulu itu menjamur tapi dengan berjalannya banyak yang tutup dan beralih profesi. Mungkin sekarang tinggal di sini yang masih tetap eksis," katanya.

Dulu penyanyi-penyanyi titip jual kaset ke sini, seperti Anik Suryani atau Didik Kempot. Bahkan Lokananta juga menitipkan hasil produksinya ke sini, termasuk perusahaan lain.

"Dulu para penyanyi ada yang menitipkan kaset ke sini," ucap dia.

Turun Drastis

Yeyen Rahman pemilik toko kaset Kurnia Illahi Solo saat ditemui, Rabu (26/10/2022). [Suara.com/Ari Welianto]
Yeyen Rahman pemilik toko kaset Kurnia Illahi Solo saat ditemui, Rabu (26/10/2022). [Suara.com/Ari Welianto]

Diakuinya jika sekarang yang cari kaset pita itu turun drastis, kalau pun ada yang cari kaset itu buat koleksi. Kalau dulu sangat ramai, satu hari itu dulu bisa sampai 20 pengunjung lebih yang datang, belum yang beli grosiran atau pas hari libur. 

Dulu satu orang itu bisa beli lebih dari satu kaset. Apalagi kalau ada atau keluar album baru.

"Dulu yang datang itu ramai kayak kacang goreng, karena dulu kaset sudah jadi kebutuhan pokok, dulu bisa dapat Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. Tapi sekarang mau beli itu mikir, kadang-kadang satu hari tidak laku," papar perempuan asal Bengkulu ini.

"Kalau pun sekarang ada yang beli itu, mereka yang benar-benar suka dengan kaset dari daripada pakai aplikasi," sambung dia.

Sebenarnya yang cari kaset pita itu masih ada meski tidak banyak. Untuk pembeli itu semua kategori baik tua atau muda, kalau yang tua carinya kaset-kaset karawitan, keroncong atau campur sari, sedangkan yang muda itu yang dicari band-band.

"Yang cari itu tua muda dan carinya jelas beda tergantung usia. Kaset-kaset gendingan masih banyak, band-band juga," imbuhnya.

Untuk harga per kaset pita itu Rp 25.000, kalau kaset luar itu lebih mahal. Kalau harga CD itu Rp 50 ribu ke atas karena original, untuk CD luar sampai Rp 65 ribu ke atas. 

Untuk penjualan kaset-kaset ini hanya tinggal menghabiskan stok saja, apalagi sejak beberapa tahun terakhir sudah tidak ada tambah koleksi atau pemasukan barang. Karena pabriknya itu sudah tutup, jadi barang yang ada di sini tidak ada yang baru.

"Ini tinggal menghabiskan stok saja sudah tidak koleksi baru, dulu banyak banget koleksinya. Pabrik-pabriknya itu sudah pada tutup," tutur dia.

Sebenarnya dari keluarga itu mau tetap eksis dan meneruskan usaha penjualan kaset ini. Hanya saja sekarang pabriknya sudah tidak produksi lagi.

"Kalau pabrik masih produksi kaset, kita masih akan tetap eksis. Kalau stok sudah habis sudah tidak jualan lagi, makanya ada niat untuk disewakan toko ini," tegasnya.

Kontributor : Ari Welianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak