Hasil bahan bakar alternatif dimanfaatkan para pelaku genteng di desa. Ini dipakai pelicin atau pelumas membuat genteng antara tanah liat dengan cetakan.
"Mayoritas di lingkungan ini perajin genteng dan mereka butuh minyak untuk pelapis. Kalau warga atau perajin genteng butuh minyak, bisa ditukar dengan sampah plastik tidak perlu pakai uang," papar dia.
Hasil bahan bakar alternatif ini sudah di lab atau diuji di beberapa tempat baik Universitas Gajah Mada (UGM) atau di Surabaya. Hasilnya bisa digunakan untuk bahan bakar, tapi kadar karbonnya masih tinggi dan masih bau plastik.
Satu botol air mineral besar untuk solar dijual hanya Rp 7.000, untuk yang botol sedang dijual dengan harga Rp 4.000. Kalau minya tanah botol besar dijual Rp 10.000.
Baca Juga:Sulitnya Nelayan di Lampung Timur Mendapatkan Solar karena Terbentur Birokrasi
"Sebenarnya saya tidak patok harga, bahkan bisa ditukar dengan sampah plastik. Kadang ada yang ngasih lebih, kadang saya buat ini sesuai permintaan juga," sambungnya.
Bahan bakar alternatif pernah diujicoba untuk motor dan bisa jalan. Tapi gasnya itu nyantol, karena katanya itu kandungan senyawanya tinggi.
"Sudah saya coba ke motor. Tapi lebih aman itu dipakai untuk perajin genteng," jelasnya.
Kontributor : Ari Welianto