Jembatan Sasak Jadi Jalur Alternatif Warga Solo dan Sukoharjo, Dalam Sehari Pengelola Bisa Raup Rp 5 juta

Bagi pengendara keberadaan jembatan sasak dinilai sebagai jalur tersingkat menuju lokasi tempat tinggal atau kerja.

Ronald Seger Prabowo
Selasa, 27 September 2022 | 19:45 WIB
Jembatan Sasak Jadi Jalur Alternatif Warga Solo dan Sukoharjo, Dalam Sehari Pengelola Bisa Raup Rp 5 juta
Pengendara sepeda motor melewati Jembatan Sasak yang menghubungkan Solo dengan Sukoharjo, Selasa (27/9/2022). [ANTARA/Aris Wasita]

SuaraSurakarta.id - Jembatan sasak dari bambu di atas Sungai Bengawan Solo yang menghubungkan Desa Gadingan, Sukoharjo dengan Kampung Sewu, Jebres, Solo menjadi jalur alternatif bagi pengendara selama jembatan Jurug dan Mojo ditutup total untuk perbaikan.

Bagi pengendara keberadaan jembatan sasak dinilai sebagai jalur tersingkat menuju lokasi tempat tinggal atau kerja. 

Sejak, Senin (26/9/2022) kemarin, ada ribuan pengendara yang mengantri untuk menyeberang jembatan sasak bambu sepanjang 70 meter ini.

Kalau tidak ada penutupan jembatan Jurug dan Mojo yang menyeberang jembatan sasak hanya beberapa pengendara saja.

Baca Juga:Curhatan Warga Solo Perdana Gunakan Kompor Listrik: Awal-awal Jeglek, Masak Juga Tak Bisa Cepat

Untuk menyeberang jembatan sasak, pengendara dikenakan retribusi Rp 2.000. Dalam satu hari pengelola jembatan bisa mendapatkan Rp 5 juta.

Uang pemasukan tersebut dipakai untuk perawatan jembatan dan menggaji warga yang ikut membantu.

"Tidak sampai Rp 10 juta, paling sekitar Rp 5 juta," ujar pengelola jembatan sasak, Sugiono saat ditemui, Selasa (27/9/2022).

Menurutnya, uang tersebut dipakai untuk gaji karyawan yang jumlahnya mencapai 30 orang. Satu orang diberi Rp 100 ribu yang bekerja satu hari nonstop.

"Ini dijaga 24 jam. Jadi saat malam tetap ada jaga," kata warga Desa Gadingan, Sukoharjo ini.

Baca Juga:Jembatan Sasak Jadi Alternatif Dampak Jembatan Jurug Solo Ditutup, Warga Justru Pilih Putar Daripada Uji Nyali

Setiap harinya, lanjut dia, pasti jembatan ada yang rusak. Itu seperti bolong, atau patah dan itu semua langsung diperbaiki agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.

"Kalau ada yang rusak langsung kita perbaiki. Jadi ada pengecekan secara rutin," ungkap dia.

Dengan jumlah 30 orang dibagi dua shif, siang dan malam. Untuk shif siang ada 20 orang yang jaga, sedangkan yang jaga malam hari ada 10 orang.

"Jadi 24 jam itu terus dipantau ketat oleh petugas, karena ada yang jaga. Saya juga kadang ikut memantau," sambung Bagong, sapaan akrabnya.

Untuk membuat jembatan sasak ini, Sugiyono harus merogoh kocek sekitar Rp 35 juta. Jembatan sasak dibuat dengan sekitar 100 bambu, 34 drum atau tong. 

Sementara itu Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas Dishub Solo, Ari Wibowo mengatakan jika jembatan sasak ini bukan menjadi jalur alternatif yang ditentukan. Karena berpotensi rawan kecelakaan.

"Potensi rawan keselamatan, itu kan pakainya drum, goyangan terasa, terakhir diujung sangat menanjak," jelas Ari.

Ari menambahkan, jika warga tidak menjadikan jembatan sasak itu sebagai jalur alternatif, bisa mencari jalur yang lebih aman meski menempuh jarak yang jauh. 

"Harapan kami itu tidak jadi alternatif," tandasnya.

Kontributor : Ari Welianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak