Sambut Hari Raya Nyepi, Umat Hindu Desa Ngaru-Aru Boyolali Buat Ogoh-ogoh Setinggi 4,5 meter dan Berat 1 Kwintal

Setelah diarak, nanti ogoh-ogoh akan dimusnakan dengan cara dibakar di depan pura.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 02 Maret 2022 | 15:48 WIB
Sambut Hari Raya Nyepi, Umat Hindu Desa Ngaru-Aru Boyolali Buat Ogoh-ogoh Setinggi 4,5 meter dan Berat 1 Kwintal
Ogoh-ogoh yang dibuat umat Hindu Desa Ngaru-Aru Kecamatan Banyudono, Boyolali. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Umat Hindu Desa Ngaru-Aru, Kecamatan Banyudono, Boyolali membuat ogoh-ogoh setinggi 4,5 meter dengan berat 1 kwintal.

Ogoh-ogoh ini nantinya akan diarak atau dikirab setelah upacara persembahyangan mecaru di Pura Bhuana Suci Saraswati Desa Desa Ngaru-Aru, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Rabu (2/3/2022) malam.

Untuk arak-arak nanti hanya keliling Desa Ngaru-Aru saja karena masih pandemi Covid-19. Setelah diarak, nanti ogoh-ogoh akan dimusnakan dengan cara dibakar di depan pura. 

"Ini rangkaian acara untuk perayaan Hari Raya Nyepi tahun 2022 ini," ujar Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Desa Ngaru-Aru Kecamatan Banyudono, Boyolali, Heru Kuncoro saat ditemui, Rabu (2/3/2022).

Baca Juga:Pameran Ogoh-ogoh Mini Obati Kerinduan Pemuda Hindu di Mataram Setelah 3 Tahun Absen

Menurutnya, ogoh-ogoh ini dibuat oleh para pemuda umat Hindu sejak awal Januari 2022 lalu dan baru selesai beberapa hari menjelang perayaan Nyepi.

Bahan ogoh-ogoh untuk kerangkanya itu dari rotan dan otot utamanya dari besi. Selanjutnya ditutup dengan kertas koran dulu, biar otot kelihatan dikasih koran kemudian disolasi.

Kemudian setelah finishing dilipat pakai kertas sampul buku warna kuning. Setelah itu dikasih gypsum tapi tipis, ini biar mengkilap.

"Ini dibuat awal Januari, yang buat dan desainer muda mudi umat Hindu sekitar 25 orang, anggaran buat ogoh-ogoh ini sekitar Rp 6 juta. Tinggi ogoh-ogoh dari dasar ini 4,5 meter, untuk beratnya 1 kwintal, jadi harus ditandu sekitar 16 orang," paparnya.

Heru menjelaskan, ogoh-ogoh ini merupakan simbol atau lambang sifat atau energi buruk yang ada hubungannya degan alam semesta termasuk dalam diri manusia. 

Baca Juga:Anies Baswedan Hadiri Upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Aditya Jaya

Sehingga perlu adanya pemusnahan atau harus dihilangkan. Kalau di acara Mecaru itu, setelah ogoh-ogoh di arak, terus dimusnahkan dengan di bakar di depan Pura Bhuana Suci Saraswati. Istilahnya itu untuk pengusiran.

"Karena itu simbol dari energi yang buruk diwujudkan dengan bentuk yang seram gitu. Kalau orang Hindu kan bilangnya butakala," ungkap Heru.

Kirab ogoh-ogoh ini adalah rangkaian Upacara Mecaru yang digelar sebelum Hari Raya Nyepi. Acara yang pertama itu Upacara Melasti dan sudah digelar pada, 26 Februari 2022 di Umbul Sitinggil, Bendan, Banyudono. 

Selanjutnya untuk upacara Mecaru dilaksanakan di masing-masing pura. Kalau untuk tingkatan yang lebih besar itu tawur agung di Candi Prambanan. 

Kontributor : Ari Welianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak