SuaraSurakarta.id - Militer Ukraina mendapat tambahan bantuan dalam perang melawan Rusia.
Sosok itu adalah mantan juara dunia tinju, Vitali Klitschko. Juara dunia kelas berat tidak mau lari dari konflik yang melibatkan Rusia-Ukraina tersebut.
Lewat postingan Twitternya @klitschko, Vitali mengungkapkan kecamannya terhadap Rusia.
"Putin secara jelas ingin menghancurkan negara Ukraina dan kedaulatan rakyatnya. Perkataanya telah menggerakkan misil dan tank. Kehancuran dan kematian menimpa kita. Itu saja, darah akan bercampur dengan air mata," ungkap Klitschko.
Baca Juga:Bak Bumi Dan Langit, Segini Perbandingan Kekuatan Militer Rusia Vs Ukraina
Legenda tinju Ukraina tersebut juga mengungkapkan keteguhan negaranya dalam menghadapi cobaan tersebut. Ia menegaskan bahwa Ukraina menginginkan perdamainan dan menganggap Rusia sebagai saudara.
"Orang-orang Ukraina kuat. Dan itu akan tetap setia pada dirinya sendiri dalam cobaan yang mengerikan ini. Bangsa yang mendambakan kedaulatan dan perdamainan. orang yang mengganggap orang Rusia sebagai saudara mereka. Ia tahu bahwa pada dasarnya mereka tidak menginginkan perang ini," tulis mantan juara dunia kelas berat tersebut.
Klitschko juga memberikan pandangannya bahwa perang Rusia Ukraina tersebut merupakan buah dari kelemahan dekomrasi Barat, bukan karena kegitaan satu orang saja.
"Perang melawan negara saya ini bukan hanya hasil dari kegialaan satu orang, tetapi juga hasil dari kelemahan demokrasi Barat selama bertahun-tahun," kata mantan petinju tersebut.
Perang Rusia Ukraina tidak dapat dapat lagi dihindarkan setelah Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada Kamis, 24 Februari 2022.
Baca Juga:Sembari Gendong Anak Kecil. Pensiunan TNI AD Gelar Aksi Tunggal "Stop War" Ukraina- Rusia di Manahan
Moscow dituding sebagai pihak yang bertanggung jawab atas meletusnya perang Rusia Ukraina tersebut. Diketahui bahwa beberapa bulan terakhir, Rusia sudah mengerahkan ratusan ribu tentara menduduki perbatasan ukraina.
Berbagai upaya diplomatik telah dilakukan untuk mencegah terjadinya perang Rusia Ukraina, namun tidak ada kesepakatan yang dicapai.