Kisah Sofah, Satu-satunya Perempuan Perajin Cobek yang Tersisa di Desanya

Cobek diminati konsumen jelang Maulid Nabi karena memiliki kekhasan yang terletak pada bagian bibir terdapat ukiran dengan motif Maulid.

Siswanto
Kamis, 14 Oktober 2021 | 14:45 WIB
Kisah Sofah, Satu-satunya Perempuan Perajin Cobek yang Tersisa di Desanya
Cobek [Beritajatim]

SuaraSurakarta.id - Sofah menjadi satu-satunya orang di desanya yang tetap setia membuat gerabah, khususnya cobek atau cowek.

Perempuan tersebut berasal dari RT 2, RW 5, Kelurahan  Randusari, Kecamatan, Gadingrejo. Daerah yang dulu dikenal sentra barang kerajinan gerabah.

Dia sudah 30 tahun menekuni usaha kerajinan tersebut, melewati berbagai kondisi perekonomian.

Walaupun terkadang tak mendapatkan pemasukan, dengan tekun Sofah tetap mencipta cobek yang biasa dipakai untuk wadah parcel. 

Baca Juga:Wisata Lesu,Wastafeluntuk Cuci Tangan Selamatkan Ekonomi Perajin Gerabah Klipoh Magelang

Cobek terbuat dari tanah liat. Tanah yang dipilih terdiri dari dua jenis, tanah merah dan hitam. Kedua jenis tanah ini terlebih dulu dicampur dengan prosentase 70 persen tanah merah dan 30 persen tanah hitam.

Selanjutnya, mencampurkan air dan pasir hingga terbentuk adonan tanah yang siap untuk dibentuk. Tak ada cetakan yang membentuk sebuah cobek. Semua bentuk cobek berasal dari naluri Sofah.

Biasanya, pesanan akan meningkat menjelang perayaan Maulid Nabi. Dalam satu hari, Sofah bisa memproduksi 50 sampai 75 cobek. Dan semua dia kerjakan sendirian.

Pesanan datang dari berbagai daerah, seperti Winongan, Karanglo, dan Pandaan.

Cobek diminati konsumen jelang Maulid Nabi karena memiliki kekhasan yang terletak pada bagian bibir terdapat ukiran dengan motif Maulid.

Baca Juga:Sandiaga Uno Ingat Film Ghost Saat Kunjungi Desa Gerabah di Magelang

Kemudian di bagian atas cobek biasanya dihiasi buah dan ditambah pernak pernik.

REKOMENDASI

News

Terkini