Kisah Sofah, Satu-satunya Perempuan Perajin Cobek yang Tersisa di Desanya

Cobek diminati konsumen jelang Maulid Nabi karena memiliki kekhasan yang terletak pada bagian bibir terdapat ukiran dengan motif Maulid.

Siswanto
Kamis, 14 Oktober 2021 | 14:45 WIB
Kisah Sofah, Satu-satunya Perempuan Perajin Cobek yang Tersisa di Desanya
Cobek [Beritajatim]

"Dulu pas saya masih usia 18 tahun. Masih punya anak satu. Kebetulan ibu mertua kok bikin cobek. Saya lihat kok seneng ya, bisa mutar-mutar dan ngasih kembangan (bisa memutar-mutar dan memberi corak bunga), ya sudah saya langsung belajar," kata dia.

Untuk menghasilkan cobek yang baik, meskipun barang ini terlihat sederhana, membutuhkan perasaan.

Dari pengalaman Sofah, membuat cobek ketika sedang banyak pikiran, hasilnya biasanya buruk.

"Bisa pletot-pletot kalau buat cobek dengan marah-marah, pusing atau lagi stres. Tapi kalau dibuat dengan gembira, sehari bisa banyak cobek yang saya buat," kata dia.

Baca Juga:Wisata Lesu,Wastafeluntuk Cuci Tangan Selamatkan Ekonomi Perajin Gerabah Klipoh Magelang

Dulu, dalam sehari, Sofah bisa memproduksi antara 100-150 cobek dalam berbagai ukuran tiap hari.

Tapi setelah usia semakin menua, ""Sekarang kaki sudah kesemutan. Tangan juga tak sekuat dulu, Jadi bisanya cuma 50 cobek sehari." 

Sofah bersyukur di tengah banjir wadah berbahan plastik, hasil karyanya tetap diminati.

"Alhamdulillah, Tuhan selalu ngasih rejeki, meski saya sudah tak muda lagi. Lumayan untuk menyambung hidup mas," katanya. [Beritajatim dan Pasuruankab.go.id]

Baca Juga:Sandiaga Uno Ingat Film Ghost Saat Kunjungi Desa Gerabah di Magelang

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak