Kisah Satu Keluarga Tinggal di Kolong Meja Wedangan, Tak Punya Biaya, Anak Putus Sekolah

Berharap ada bantuan dari pemerintah khususnya untuk anak-anak biar bisa sekolah.

Ronald Seger Prabowo
Kamis, 16 September 2021 | 08:16 WIB
Kisah Satu Keluarga Tinggal di Kolong Meja Wedangan, Tak Punya Biaya, Anak Putus Sekolah
Wiwin Haryati (48) yang viral tidur di kolong meja wedangan bersama anaknya sedang menunjukkan sakit yang dideritanya di leher. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Pasangan suami istri Wiwin Haryati (48) dan Cahyo Yulianto (52) menjadi viral media sosial (medsos) tidur di kolong meja tempat berjualan bersama anak-anaknya. 

Mereka berdua memiliki 13 anak dengan jarak usia antar anak hanya dua tahun. Dari 13 anak tersebut yang ikut dan tinggal di warung 9 anak, dua anaknya sudah menikah dan ikut suaminya, sedangkan dua anak lainnya ikut neneknya. 

13 anak tersebut bernama, Afiana Cahyawati (31), Yofi Cahyo Saputro (26), Dinda Cahyawati (24), Alma Cahyawati (22), Dea Cahyawati (20).

Kemudian Bela Cahyawati (19), Kiki Cahyo Saputro (18), Iyan Hardiono (16), Arya Cahyo Saputro (14), Septian Cahyawati (12), Tio Cahyo Saputro (10), Dini Cahyawati (8), Alfin Cahyo Saputro (6). 

Baca Juga:Viral, Video Tukang Becak Antar Triplek tapi Patah, Warganet Tergerak Membantu

Dengan kondisi seperti, tidak semua anak-anaknya sekolah. Ada yang kelas 2 SMP tapi keluar karena tidak bisa bayar sekolah, satu anak lagi mau SMP tapi jadinya tidak sekolah. 

Untuk yang sekolah tiga anak di SD Kertonatan 3 kelas 2 dan kelas 5.

"Empat anak sudah tidak ikut saya. Dua menikah dan dua lagi ikut neneknya.  Yang ikut saya di sini anak nomor 6 sampai 13, anak yang nomor dua 2 kadang kesini cuma makan tok," kata Wiwin Haryati saat ditemui, Rabu (15/9/2021). 

Wiwin memaparkan, sebenarnya yang sekolah ada lima anak, dua sudah SMP dan tiga masih SD, sedangkan yang kecil belum sekolah. Tapi yang menempuh pendidikan SMP keluar karena tidak bisa membayar. 

"Sudah tiga tahun ini keluar dari sekolah dan sempat kerja. Yang masih sekolah yang kecil-kecil," kata dia. 

Baca Juga:Hari Pertama jadi Mantu: Saat Keluar Kamar, Semua Mata Tertuju Padamu

Untuk biaya sekolah yang SD itu hanya bayar LKS saja, kadang juga dapat bantuan. 

"Selama enam tahun disini, cuma dapat bantuan dua kali untuk sekolah. Anak-anak pengen sekolah, tapi karena tidak punya uang buat biaya, akhirnya tidak jadi," ungkapnya. 

Dia sempat minta bantuan anaknya yang sudah menikah dan sekarang tinggal di Klaten serta Gunung Kidul.

"Mbok, mama tiap bulan dikasih bantuan. Tapi mereka juga hidup pas-pasan," sambung dia. 

Berharap ada bantuan dari pemerintah khususnya untuk anak-anak biar bisa sekolah.

"Saya kasihan pada mereka, saya berharap mereka bisa sekolah. Berharap sekali ada bantuan buat anak-anak," terangnya. 

Wiwin juga punya penyakit di bagian leher yang ada benjolan dan membesar seperti gondokan. Sakit yang dideritanya itu sudah dirasakan 17 tahun lalu, awalnya benjolan kecil tapi lama-lama membesar. 

"Kalau pas kumat itu sakit sekali, susah bernafas dan bicaranya pelo (cedal). Ini sejak 17 tahun lalu, dulu kecil tapi tidak dirasakan," sambungnya. 

Menurutnya, sudah pernah diperiksa dengan memakai Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan pengennya dioperasi biar tidak mengganggu. Karena benjolannya terus membesar, kata dokter tidak usah dioperasi karena itu tidak ganas. 

"Ini mengganggu sekali, apalagi kalau pas kumat. Pernah mau periksa tapi antrinya banyak sekali akhirnya pulang karena tidak tahan," papar dia. 

Selama periksa tidak ada perubahan, daripada harus wira-wiri apalagi tidak punya motor akhirnya berhenti periksa lagi. Ada yang menganjurkan minum bawang putih supaya kempes. 

"Setelah minum terus agak mending tidak seperti dulu yang besar. Sampai sekarang masih merasakan sakit," pungkasnya. 

Kontributor : Ari Welianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak