Jiwa dagangnya sudah ada sejak lama dan mudah menarik hati masyarakat.
Sebagai saudagar, dia mengadakan hubungan dagang dengan pedagang diberbagai kota, seperti Surabaya, Bandung, Purwokerto, dan Banyuwangi.
Tidak hanya diberbagai kota di Indonesia tapi juga dengan orang-orang China dan Arab.
Meninggal
Baca Juga:Layanan Purna Jual Mitsubishi Indonesia Berikan Kontribusi Terhadap Pemasaran Juli 2021
Pada 1920, kesehatan Samanhudi mulai terganggu. Kondisinya itu membuatnya tidak bisa aktif lagi di dalam organisasi.
Meski sakit dan kondisi menurun, namun Samanhudi masih bisa menginspirasi ide-ide terhadap pergerakan nasional waktu itu.
Pada 28 Desember 1956, Samanhudi wafat di Klaten. Beliau dimakamkan di Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
Untuk menghormati dan mengenang perjuangan Samanhudi sebagai pahlawan pergerakan. Yayasan Warna Warni mendirikan Museum Haji Samanhudi di Laweyan pada 2008 silam.
Namun, pada 2012 lalu Museum Haji Samanhudi dipindah di Jalan KH Samanhudi Nomor 75 Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan tepatnya di balai Kantor Kelurahan Sondakan.
Baca Juga:Pemerintah Bersiap Evakuasi Warga Negara Indonesia dari Afghanistan
Pada museum tersebut menampung sejumlah dokumen tentang kehidupannya, terutama tentang kisah dan perjuangannya.