Innalillahi... Sebanyak 13 Dokter di Solo Meninggal Terpapar Covid-19

Pada gelombang dua ini ada 20 dokter yang isolasi mandiri, dirawat di rumah sakit ada sembilan dokter dan meninggal tiga dokter.

Ronald Seger Prabowo
Senin, 19 Juli 2021 | 15:18 WIB
Innalillahi... Sebanyak 13 Dokter di Solo Meninggal Terpapar Covid-19
Ilustrasi dokter.[Unsplash/Online Marketing]

SuaraSurakarta.id - Dari awal pandemi Covid-19 hingga saat ini ada 13 dokter di Kota Solo meninggal.  

Pada gelombang dua ini ada 20 dokter yang isolasi mandiri, dirawat di rumah sakit ada sembilan dokter dan meninggal tiga dokter. 

"Total anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Solo yang meninggal dari awal pandemi hingga sekarang ada 13 dokter," terang Ketua IDI Solo Adji Suwandono saat wawancara melalui zoom, Senin (19/7/2021). 

Mereka yang meninggal adalah dokter spesialis, seperti dokter radiologi, jiwa, saraf, obgyn, anestesi dan dokter umum. 

Baca Juga:Dilarang BPOM, Obat Herbal Covid-19 Diduga Masih Beredar di Pontianak

Namun yang paling banyak itu dokter umum dengan tujuh dokter dan rata-rata usia 50 tahun ke atas. 

"Kalau total anggota IDI Solo itu ada 900-1000 dokter. Mereka yang meninggal adalah dokter spesialis," ungkap dia. 

Adji menjelaskan, kalau untuk update saat ini ada 20 dokter yang isoman di rumah dan itu pun yang lapor. Kalau yang dirawat di rumah sakit ada sembilan dokter dan yang meninggal di second wave ada tiga dokter. 

Untuk yang sembuh ada tujuh dokter di second wave. Mereka yang meninggal dokter lanjut usia dan dipicu kelelahan.

"Kebanyakan seperti itu dan kebanyakan memang sudah usia lanjut serta mungkin ada komorbid atau penyakit bawaan," kata dia. 

Baca Juga:Mantan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan Positif Covid-19, Istri: Mohon Doa untuk Kang Aher

Menurut, jelas merasa kehilangan karena tenaga kesehatan dalam hal ini dokter spesialis yang meninggal tidak serta merta langsung digantikan. 

Mereka yang menggantikan itu harus sesuai, jika yang meninggal dokter penyakit dalam yang harus segera digantikan maka idealnya dokter penyakit dalam lainnya. 

Tapi kalau tidak ada mungkin residen tingkat akhir yang tinggal menyelesaikan studinya atau punya surat tanda registrasi (STR).

"Sempat ada rumah sakit yang menanyakan tentang relawan, ini baru dibahas di tingkat pusat. Relawan yang seperti apa, apakah nanti koas yang baru selesai atau yang sudah dokter tapi ranahnya ke residen, ini baru kita didiskusikan bersama," paparnya.

Meski dilihat dari presentasi yang meninggal kecil tapi itu sangat besar bagi IDI. Karena kaitannya dengan ilmu yang dimiliki dokter yang meninggal dan harus mencari gantinya.  

"Ada dokter yang tidak bisa praktek atau tugas karena isolasi mandiri kena Covid-19, sangat berharga sekali. Memang yang meninggal kecil tapi dampaknya sangat besar bagi kami," sambung dia. 

Gejala yang dirasakan dokter yang positif itu ringan sedang, seperti batuk, pilek, sesak nafas, hingga anosmia kalau yang isolasi mandiri.

"Kalau yang dirawat ya saturasinya turun. Ini yang membuat oksigen kurang ya saturasi di bawah 95," ucap dia. 

Sementara Direktur RSUD Bung Karno Solo, Wahyu Indianto mengatakan di RSUD Bung Karno sebenarnya ketat dalam secure keamanan. Kalau isolasi pun tidak ada yang bisa masuk atau keluar. 

"Kami sudah membuat protokol kesehatan yang ketat. Misal, ada yang batuk atau demam sudah tidak boleh masuk.," imbuhnya.

Wahyu menambahkan, beberapa hari lalu sempat ada dua dokter spesialis yakni dokter internis yang positif. Itu sampai tidak visit dua hari.

"Bahkan sopir ada dua, jadi satu orang tidak masuk, ya pincang. Tata laksana Covid-19 kalau ringan ya isoman,  kalau dengan komorbid sebaiknya ke rumah sakit. Sedang dan berat ke  rumah sakit," tandas Ketua Satgas Covid-19 IDI Solo ini.

Kontributor : Ari Welianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak