SuaraSurakarta.id - Proyek Tol Solo-Jogja mulai dikerjakan. Proses saat ini sampai tahapan pembayaran ganti rugi bagi pemilik lahan terdampak.
Sebagai informasi, ada sekitar 50 desa di 11 kecamatan yang terdampak proyek jalan tol Solo-Jogja. Luas lahan terdampak jalan tol sekitar 3.775.215 meter persegi.
Pembayaran ganti kerugian sudah dibayarkan ke warga terdampak di sejumlah desa wilayah Delanggu dan Polanharjo.
Ada berbagai kisah dari warga yang harus tergusur karena lahannya dilewati proyek tol tersebut. Salah satunya Untung Raharja, warga Desa Gatak, Kecamatan Ngawen, Klaten.
Baca Juga:Ganjal ATM dan Gasak Uang Puluhan Juta, Warga Tangerang Diciduk Polisi
Uniknya, dia memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan unek-unek dan kesedihan karena lahannya kena proyek. Bukan membentangkan spanduk apalagi berorasi.
Untung memilih membikin replika stoom walls yang kemudian ia pajang di tepi jalan raya seperti monumen.
Dilansir Solopos.com--jaringan Suara.com, replika yang dipajang di tepi jalan raya Klaten-Ngupit, Dukuh Jetis, Desa Gatak, itu bercat kuning dan berbahan seng, kayu, dan bambu. Lebarnya 3 meter, panjang 7 meter, dan tinggi 2,5 meter.
Warga Klaten yang lahannya kena proyek tol Solo-Jogja itu menambah tulisan pada kedua sisi replika stoom wall bikinannya. Masing-masing bertuliskan selamat datang jalan tol Jogja-Solo dan selamat tinggal rumah kenangan.
Untung membuat replika itu seorang diri selama dua bulan di rumahnya yang juga menjadi bengkel tempat ia bekerja sehari-hari di RT 12/RW 05, Desa Gatak.
Baca Juga:Nah Lho! Wakapolsek Juwiring Klaten Digerebek Warga di Rumah IRT
“Kalau dirupiahkan untuk bahan baku saja habis sekitar Rp3 juta. Awal bikin itu banyak yang tanya. Saya hanya jawab bikin odong-odong. Setelah semua selesai dan ada tulisannya akhirnya mereka bisa memahami dan mendukung,” kata Untung saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Minggu (18/4/2021).
Patok Kuning
Salah satu aspirasi yang ingin ia sampaikan lewat replika itu yakni perasaan berat meninggalkan tanah kelahirannya yang kena proyek tol Solo-Jogja wilayah Klaten. Untung menuturkan rumah sebagian warga RT 011/RW 004 serta RT 012/RW 005 bakal tergusur proyek tol.
Termasuk rumah Untung yang sudah ia warisi secara turun-temurun dari keluarganya. Tak lama lagi rumah Untung yang tepat berada pada patok kuning akan hilang, berganti wajah dengan jalan bebas hambatan.
“Boleh dibilang berat ya berat [merelakan rumah dan pekarangan untuk proyek tol]. Pada sisi lain sebagai warga negara ya karena dengan alasan untuk kepentingan orang banyak mau bagaimana lagi. Rumah ini akan menjadi kenangan bagi saya. Sulit untuk divisualisasikan,” kata Untung.
Selain berat harus meninggalkan tanah kelahiran, warga Klaten yang rumahnya kena proyek tol Solo-Jogja harus mencari tempat tinggal baru. Hal itu menurut Untung tak mudah dilakukan lantaran harus mempertimbangan berbagai aspek.
Salah satunya harga tanah yang terus meningkat. Belum lagi harus beradaptasi di tempat baru. Untung berharap aspek historis dan psikologis warga yang rumahnya terdampak tol menjadi pertimbangan pemerintah menentukan nilai ganti kerugian.
Tak hanya menghitung nilai fisik, pemerintah diharapkan bisa menghitung nilai ganti nonfisik. “Kalau memang jalan tol ini nanti akhirnya juga menjadi profit oriented, kami berharap nilai ganti yang diberikan kepada warga itu juga yang menguntungkan,” ungkapnya.