Kelembapan Dalam Masker Bantu Kurangi Keparahan Pasien Covid-19

Masker wajah dapat secara signifikan meningkatkan kelembapan di udara yang dihirup oleh pemakai masker.

Yasinta Rahmawati
Senin, 15 Februari 2021 | 15:49 WIB
Kelembapan Dalam Masker Bantu Kurangi Keparahan Pasien Covid-19
Ilustrasi mencuci masker kain. (Shutterstock)

SuaraSurakarta.id - Pakai masker adalah hal wajib sekarang ini untuk melindungi diri dari infeksi maupun penularan virus corona Covid-19. Namun di sisi lain, temuan terkini menunjukkan menggunakan masker secara benar memiliki manfaat lebih dari sekadar alat pencegahan.

Peneliti melihat kelembapan yang tercipta di dalam masker ternyata dapat membantu memerangi keparahan penyakit pernapasan seperti Covid-19, demikian dilansir dari The Health Site.

Sebuah studi baru oleh para peneliti di National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) NIH, menemukan bahwa masker wajah dapat secara signifikan meningkatkan kelembapan di udara yang dihirup oleh pemakai masker.

Peningkatan tingkat kelembapan ini di udara yang dihirup dapat membantu menjelaskan mengapa memakai masker telah dikaitkan dengan tingkat keparahan penyakit yang lebih rendah pada orang yang terinfeksi virus corona Covid-19.

Baca Juga:DPR: Perlindungan Kesehatan Lewat Vaksin Harus Diimbangi dengan Bansos

Dalam The Biophysical Journal, peneliti mengatakan bahwa faktanya, hidrasi saluran pernapasan diketahui bermanfaat bagi sistem kekebalan. Tingkat kelembapan yang tinggi juga diketahui secara signifikan mengurangi keparahan flu. Oleh karena itu, ini juga dapat diterapkan pada tingkat keparahan infeksi Covid-19 melalui mekanisme serupa, karena alasan berikut:

Ilustrasi pakai masker. (Pexels)
Ilustrasi pakai masker. (Pexels)

1. Tingkat kelembapan yang tinggi dapat membatasi penyebaran virus ke paru-paru dengan mendorong pembersihan mukosiliar (MCC), mekanisme pertahanan yang menghilangkan lendir dan partikel berbahaya serta patogen yang ada di dalam lendir dari paru-paru.

2. Tingkat kelembapan yang tinggi juga dapat meningkatkan sistem kekebalan dengan memproduksi protein khusus, yang disebut interferon, yang melawan virus, suatu proses yang dikenal sebagai respons interferon.

3. Tingkat kelembapan yang rendah telah terbukti merusak, baik MCC maupun respons interferon, yang mungkin menjadi salah satu alasan mengapa orang lebih mungkin terkena infeksi pernapasan dalam cuaca dingin.

Studi ini menguji empat jenis masker, yaitu masker N95, masker bedah sekali pakai tiga lapis, masker katun poliester dua lapis, dan masker katun tebal.

Baca Juga:Taat Prokes, Anjing Ini Gunakan Masker saat Keluar Rumah

Para peneliti mengukur tingkat kelembapan dengan meminta sukarelawan bernapas ke dalam kotak baja tertutup. Jika orang tersebut tidak mengenakan masker, uap air dari napas yang dihembuskan memenuhi kotak, menyebabkan peningkatan kelembapan yang cepat di dalam kotak.

Saat relawan mengenakan masker, penumpukan kelembapan di dalam kotak sangat berkurang. Hal ini terjadi karena sebagian besar uap air yang tersisa di dalam masker menjadi mengembun, kemudian dihirup kembali. Untuk memastikan tidak ada kebocoran, masker dipasang dengan erat pada wajah sukarelawan menggunakan karet busa dengan kepadatan tinggi.

Pengukuran dilakukan pada tiga suhu udara yang berbeda, berkisar antara 46 hingga 98 derajat Fahrenheit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat masker meningkatkan kelembapan udara yang dihirup, tetapi dengan derajat yang bervariasi.

Pada suhu yang lebih rendah, efek pelembab semua masker meningkat drastis. Lalu pada semua suhu, terlihat masker katun tebal memberikan tingkat kelembapan yang paling tinggi. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak