SuaraSurakarta.id - Tumpukan sampah yang menutupi aliran sungai kecil atau Talut Dam Buk Bubrah di Dukuh Plosokerep, Desa Bandung, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen menjadi perbincangan masyarakat.
Pasalnya, sampah yang nyaris memenuhi aliran sungai kecil atau dam. Bahkan talut di dam itu longsor sepanjang 7 meter dan setinggi 6 meter. Longsornya talut dam buatan 2010 itu mengikis jalan usaha tani selebar 4 meter dari bibir talut.
Bila tidak segera ditangani maka jalan usaha tani itu terancam putus dan bangunan dam juga terancam rusak.
Talut dan sebagian jalan usaha tani itu longsor karena diterjang limpasan air Sungai Buk Bubrah di Ngrampal, Sragen. Hal itu terjadi karena pintu air dam tersumbah tumpukan sampah.
Baca Juga:Anak Metal Bekasi Disorot Dunia Gegara Bikin Situs Bantu Korban Pandemi
Dilansir dari Solopos.com--jaringan Suara.com, puluhan warga bersama sukarelawan SAR dan TNI mengevakuasi sampah seberat 10 ton yang menyumbat dam itu, Minggu (24/1/2021).
Gotong-royong mengangkat sampah itu untuk kali kedua setelah dari Dam Jetis Klenteng Pilangsari, Ngrampal, Sragen. Saat musim penghujan sejumlah dam sering kali "panen" sampah karena kiriman dari daerah dari wilayah hulu sungai.
Sampah itu di dam wilayah Sragen itu didominasi batang dan ranting bambu, batang pohon, pohon pisang, plastik, bahkan ada yang menemukan bangkai ayam.
"Butuh alat berat untuk evakuasi sampah itu. Soalnya volumenya bisa sampai 10 ton kalau dengan kandungan sedimentasinya," ujar seorang sukarelawan BPBD Sragen, Suparman, saat berbincang dengan Solopos.com.
Camat Ngrampal, Joko Hendang Murdono langsung berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sragen untuk mengupayakan alat berat.
Baca Juga:Disorot Dunia, Anak Metal Bekasi Bikin Situs Bagi Uang untuk Korban Pandemi
Demikian pula, Sekretaris Kecamatan Endang Wijayanti juga sibuk menghubungi sejumlah rekanan swasta yang memiliki akses ke alat berat.
Tumpukan sampah di dam wilayah Ngrampal, Sragen, itulah yang mengakibatkan talut, bukdeker, dan jalan usaha tani sebelah selatan dam ambrol dan longsor.
"Kalau dengan manual tenaga manusia tidak memungkinkan selesai dalam waktu singkat. Soalnya kami pernah pinjam alat berat tetapi untuk operasional ditanggung pemohon," ujar Joko.
Joko mengatakan akan bicara dengan pemerintah desa untuk pengadaan alat berat itu sebab untuk operasional bisa menggunakan belanja tak terduga (BTT). Nilai BTT itu 10 persen dari alokasi dana desa (DD).
Nilai dana Desa Bandung mencapai Rp800 juta. Joko menerangkan saat musim penghujan dam di Desa Bandung, Ngrampal, Sragen, itu sering kali menjadi “tempat parkir” sampah.
Ia berharap dari daerah hulu ada kesadaran untuk tidak membuang sampah ke sungai sehingga tidak merepotkan warga daerah hilir. Selain dam Plosokerep, Joko menyebut tumpukan sampah juga terjadi di dam wilayah Kendal, Ngrampal.