SuaraSurakarta.id - Satreskrim Polresta Surakarta terus menyeliki kasus raibnya uang Rp 72 milik nasabah Candraning Setyo di Bank Maybank Cabang Solo.
Kapolresta Surakarta Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak melalui Kasat Reskrim AKP Purbo Adjar Waskito menyebut pihaknya sudah memeriksa sejumlah sakti.
Diketahui, proses pergantian kartu yang menjadi kunci kasus tersebut tak dilakukan di Kota Solo.
"Kita masih telusuri soal pergantian kartu itu. Karena proses tersebut tidak dilakukan di Solo, namun di Jawa Barat," kata Purbo, Selasa (29/12/2020).
Baca Juga:Uang Rp72 Juta Milik Nasabah di Solo Raib, Ini Hasil Investigasi Maybank
"Memang kita sedikit kesulitan untuk provider dan kesulitan menghadirkan saksi ke sini. Karena pandemi Covid-19 mereka ada alasan untuk tidak bisa hadir," tambah dia.
Meski demikian, pihaknya terus menindaklanjuti berkait kasus tersebut. Termasuk berkoordinasu dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkait kemungkinan pelimpahan kasus tersebut.
"Kita juga masih dalami bagaimana identitas korban itu dimiliki oleh pelaku. Kemudian (pelaku) melakukan transaksi melalui m-banking itu," tegas mantan Kasatreskrim Polres Wonogiri tersebut.
Transaksi M-Banking yang terjadi dalam kasus itu disebut pihak bank sudah sesuai dengan dengan mekanisme.
Hal tersebut ditegaskan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Surakarta, Eko Yunianto.
Baca Juga:Dugaan Pembobolan Rekening Maybank Terjadi di Solo, Ini Kronologisnya
"Berdasarkan klarifikasi dengan pihak bank, mekanisme m-banking memang sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur-red). Bahwa ada transaksi yang dilakukan oleh 'X' yang kita nggak tau ya itu nasabah," kata Eko.
"Sudah disampaikan melalui perbankan yang memberikan OTP (kode verifikasi) untuk klarifikasi yang pegang handphone itu pemilik rekening. Artinya sudah oke," tambah dia.
Seperti diketahui, ada lima transaksi pada 11 Juni 2020 saat terjadinya 'pembobolan' rekening tersebut mulai pukul 13.24 WIB sampai 13.32 WIB.
Ada transfer ke dua rekening bank masing-masing Rp 25 juta, lalu ada tiga top up ke OVO sebesar Rp 9.801.000, Rp 9.901.000 dan Rp 2.951.000,
"Padahal klien kami mengaku tidak pernah menggunakan aplikasi internet banking dari Maybank, meskipun pernah mendaftarkan nomor ponselnya. Rekening itu hanya dan tidak banyak transaksi," tegas salah satu kuasa hukum korban, Gading Satria Nainggolan beberapa waktu lalu.
Eko Yunianto memaparkan, OTP digunakan untuk memvalidasi transaksi termasuk m-banking dikirimkan ke nomor yang terdaftar.
Dalam kasus itu, lanjut dia, bank mengirimkan notifikasi yang dikonfirmasi oleh pemilik kartu.
"Kalau kita mau transaksi ada notifikasi atau konfirmasi kepada kita dan masukin nomor itu. Pihak bank meyakini yang pegang handphone pemilik reneking tersebut," paparnya.