Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 02 Juni 2025 | 09:15 WIB
Mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo. (Suara.com/Ari Welianto).

SuaraSurakarta.id - Mantan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo atau FX Rudy menyoroti keputusan terkait sekolah SD dan SMP baik negeri maupun swasta gratis atau program sekolah gratis.

Hal itu berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam Amar Putusan Nomor 3/PUU-XXII/2024 yang dikabulkan sebagian terkait uji materi Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional atau UU Sisdiknas.

Rudy tak menampik program sekolah gratis itu bakal memberatkan anggaan daerah, termasuk bagi APBD Kota Solo.

"PAD Solo tahun 2021, 2022, 2023, hingga 2024 pun tidak tercapai. Yang jelas tak mampu jika harus gratiskan sekolah swasta," kata Rudy.

Baca Juga: Kirim Tenaga Kerja ke Luar Negeri, Wali Kota Solo Luncurkan Rumah Siap Kerja

Sosok yang juga Ketua DPC PDIP Solo menyebut kebijakan tersebut harus dipahami secara cermat karena berpotensi membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), terutama di tengah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Untuk itu, dirinya mengusulkan agar dana besar program makan siang gratis (MBG) untuk dialihkan ke pendidikan gratis.

"Dana MGB ini digeser saja untuk pendidikan gratis. Itu lebih bermanfaat dan bermartabat," tegas dia.

Diberitakan sebelumnya, Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa negara, dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah, harus menggratiskan pendidikan dasar yang diselenggarakan pada satuan pendidikan SD, SMP, dan madrasah atau sederajat, baik di sekolah negeri maupun swasta.

"Mengabulkan permohonan para pemohon untuk sebagian," kata Ketua MK Suhartoyo membacakan amar Putusan Nomor 3/PUU-XXII/2024 di MK RI, Jakarta, Selasa (27/5/2025).

Baca Juga: Tinjau Cek Kesehatan Gratis di Mangkunegaran, Respati Ardi: Periksa Jangan Tunggu Sakit!

MK menyatakan frasa "wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya" dalam Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah menimbulkan multitafsir dan perlakuan diskriminatif sehingga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945.

Hakim Konstitusi Enny Nurbaningsih menjelaskan, bahwa frasa "wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya" yang penerapannya hanya berlaku bagi sekolah negeri dapat menimbulkan kesenjangan akses pendidikan dasar bagi siswa yang bersekolah di sekolah swasta.

Terlebih, dalam kondisi tertentu, terdapat peserta didik yang terpaksa bersekolah di sekolah swasta akibat keterbatasan daya tampung sekolah negeri.

Dalam kondisi demikian, menurut MK, negara tetap memiliki kewajiban konstitusional untuk memastikan tidak ada peserta didik yang terhambat memperoleh pendidikan dasar hanya karena faktor ekonomi dan keterbatasan sarana pendidikan dasar.

Sejatinya, konstitusi tidak memberikan batasan mengenai pendidikan dasar mana yang wajib dibiayai negara. Pasal 31 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 mewajibkan negara untuk membiayai pendidikan dasar dengan tujuan agar warga negara dapat melaksanakan kewajibannya dalam mengikuti pendidikan dasar.

"Dalam hal ini, norma Pasal 31 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 harus dimaknai sebagai pendidikan dasar baik yang diselenggarakan oleh pemerintah atau negeri maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat atau swasta," imbuh Enny.

Load More