SuaraSurakarta.id - Paguyuban Pasar Triwindu membuka pasar sayur gratis, pada Kamis (20/3/2025) malam.
Kurang lebih 500 plastik sayur mayur dibagikan ke masyarakat sekitar pasar.
Malam itu para warga Triwindu cukup sumringah, tatkala mengemasi sayur mayur ke dalam plastik. Wortel, seledri, terong Belanda, kubis dan bumbu yang terplastik rapi.
"Kami masyarakat Pasar Triwindu ingin berbagi dengan masyarakat sekitar, sebagai ucapan syukur di bulan Ramadan," kata Yuliana Kusumaningtyas sebagai ketua Paguyuban Pasar Triwindu.
Baca Juga: Heboh Tanah Ambles di Gedung Serba Guna, Dua Warga Kadipiro Jadi Korban
Yuliana mengakui bahwa membagikan sayur secara gratis adalah inisiatif dari penghuni pasar Triwindu.
"Ditengah kondisi pasar yang serba sepi, kita bisa berbagi, caranya seperti apa, yang penting ikhlas, niat berbagi, dan akan dilancarkan dalam segala hal." Ucap Yuliana saat ditemui di Pasar Triwindu (20/3).
Sayur yang sudah di kemas ke dalam plastik, kemudian para pedagang pasar Triwindu membagikan sayur di halaman pasar. Tak hanya itu beberapa juga membagikan dengan berjalan di sepanjang pedestrian Jalan Gatot Subroto.
Yuliana mendatangkan sayur mayur dari pedagang di Pasar Karangpandan, Karanganyar.
"Kira-kira 400 kwintal kami angkut dari pasar Karangpandan Karanganyar. Ada wortel, seledri, selada, terong, kubis, cabai, jagung, dsb." Tambah Yuliana.
Baca Juga: Renovasi Velodrome Manahan: Wali Kota Minta Masukan Komunitas Sepeda Balap dan Sepatu Roda
"Ya, meskipun pasar Triwindu itu menjual barang-barang antik, untuk perihal berbagi setiap manusia punya cara apapun. Kan tidak ada batasan dalam berbagi. Termasuk berbagi sayur mayur." Tukas Yuliana.
Seseorang penikmat sayur gratis bernama Tia (27), mengaku cukup senang atas program bagi-bagi sayur gratis oleh pasar Triwindu.
"Bersyukur, sayurnya segar, hijau, dan bagus. Lumayan bisa untuk sahur dan buka puasa." Ucap Tia saat tengah menikmati malam di jalan pedestrian Gatot Subroto.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Suwiryo (30), "Alhamdulillah, kalau bisa dilaksanakan setiap hari." Ucapnya sambil menggenggam dua plastik sayur mayur di tangan kanan dan kirinya.
Yuliana menandaskan bahwa bagi-bagi sayur sebagai kolaborasi antar pedagang. Melalui kolaborasi itu ia berharap akan dibukakan peluang dan pintu rezeki.
Sementara melansir laman Neohistoria, Pasar Triwindu telah berdiri selama lebih dari tujuh dasawarsa. Dibangun pada tahun 1939.
Pasar ini pertama kali dibangun bertepatan dengan 24 tahun bertahtanya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VII.
Nama Triwindu, yang berarti delapan tahun rangkap tiga, dipilih untuk memperingati hari bersejarah tersebut.
Awalnya, pasar ini hanya berupa lahan kecil dengan meja-meja sederhana tempat para pedagang menjual kue-kue tradisional, pakaian, majalah, dan koran.
Seiring waktu, banyak pedagang mulai membangun kios sendiri, mengubah pasar sederhana ini menjadi pusat jual beli barang antik. Peran pasar barang antik muncul pada masa penjajahan Jepang.
Ketika kondisi ekonomi yang sulit membuat banyak bangsawan menjual benda-benda antik dan koleksi seni mereka di sini untuk bertahan hidup.
Hal ini menjadikan Pasar Triwindu salah satu pasar terpenting di Solo pada masa itu.
Bagi banyak pedagang, Pasar Triwindu sudah seperti rumah sendiri. Jarang ada pedagang yang datang dan pergi, karena tempat berjualan di pasar ini biasanya diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pada Juli 2008, pasar ini dipugar mengikuti arsitektur khas Solo.
Lahan berjualan yang sebelumnya hanya satu lantai kini dibangun menjadi dua lantai oleh pemerintah Solo, memberikan para pedagang ruang yang lebih luas dan nyaman untuk berjualan.
Selama peremajaan tersebut, pasar ini sempat berganti nama menjadi Pasar Windujenar. Namun, pada tahun 2011, pasar ini kembali ke nama aslinya yang sarat makna, Triwindu.
Berita Terkait
-
Pesan Kebaikan McDonalds Indonesia dalam Safari Dongeng Ramadan
-
Lailatul Qadar Ramadan 1446 H Jatuh pada Malam ke-23, Ini Penjelasannya
-
Ayat Suci Dilantunkan dalam Glorious Blessed Ramadan, Sultan Hotel Jakarta Santuni 150 Anak Yatim
-
Sparkling Ramadan Ngabuburit di Taman Kota Peruri: Paduan Acara Spiritual, Harmoni Musik, dan Bazaar
-
Ailee Ungkap Kerinduan yang Mendalam di Lagu Terbaru 'Meaning'
Terpopuler
- Kasus Mega Korupsi Pertamina, Kejagung Diam-diam Telah Periksa SBY
- Harga Lebih Murah dari Xmax, Motor Ini Tawarkan Desain Mirip Harley Davidson
- Siapa Pemilik Clairmont Patisserie? Bukan Orang Sembarangan, Tuntut Ganti Rugi Rp5 M ke Codeblu
- Proyektil Peluru Ditemukan di Tempurung Kepala dan Tenggorokan, Penembak 3 Polisi Orang Terlatih?
- Setelah MinyaKita, Kini Beras Premium Isinya 'Disunat'
Pilihan
-
Lupakan Australia, Fokus Bahrain! Jay Idzes: Ini Kesempatan Emas Tunjukkan Jati Diri
-
Justin Hubner: Saya Akan Berikan Segalanya untuk Indonesia di Jakarta!"
-
Perbandingan Spesifikasi POCO X7 Pro 5G vs POCO F6, Performa Gahar Selalu Andalan
-
4 Rekomendasi HP Murah Mirip iPhone Boba 3, Terbaru Maret 2025 Mulai Rp 1 Jutaan
-
Perbandingan Google Pixel 9a vs iPhone 16e, Bikin Perangkat Apple Kalah Worth It?
Terkini
-
Puluhan Buruh Geruduk Rumah Bos PT Stitex, Ungkap Beragam Tuntutan
-
Gugatan Perdata Owner Wong Solo Group Dinilai Salah Alamat, Ini Kata Kuasa Hukum
-
Warna Sebagai Katalis: Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Setiap Sudut Ruangan
-
Wortel, Kubis, hingga Terong Belanda: Pasar Triwindu Gelar Pasar Sayur Gratis!
-
Keajaiban Malam Selikuran Keraton Kasunanan Surakarta: Jejak Sejarah dan Makna Mendalam