Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 21 Maret 2025 | 12:34 WIB
Proses kirab malam selikuran Keraton Kasunanan Surakarta, Kamis (20/3/2025) malam. [Suara.com/Ari Welianto]

Menurutnya kirab malam selikuran ini diikuti oleh ribuan peserta. Usai sampai di Taman Sriwedari rombongan diterimakan oleh Wali Kota Solo Respati Ardi.

"Jadi sinergitas antara pemkot dengan keraton seperti tahun-tahun sebelumnya berjalan dengan baik. Insya allah ada pengajian juga untuk memperingati malam ganjil ini," jelas dia.

Jadi malam ini untuk mengingatkan kepada abdi dalem, para sentono dalem, semua putra putri dalem juga hingga seluruh masyarakat Solo bahwa sudah menginjak malam ke-21. 

"Maka ibadahnya diperbanyak, dipertekun, itikaf di masjid-masjid berdoa kepada Allah SWT. Bahwasanya semoga amal ibadah kita diterima dan juga semoga bulan ramadhan ini menginspirasi sebelas bulan yang lainnya," pungkasnya.

Baca Juga: Ramadan Booyah! Keseruan Turnamen Free Fire di Solo Techonpark, Ratusan Player Ikut Serta

Malam Selikuran sebenarnya sudah dimulai sejak kepemimpinan Pakubuwana X menjadi raja Surakarta. Dahulu, setiap malam 21 Ramadan, Sang Raja akan memerintahkan semua penduduk untuk memmbawa lampu ting atau pelita.

Abdi dalem dan kerabat Keraton Surakarta Hadiningrat mengikuti Kirab Malam Selikuran dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menuju Masjid Agung, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (25/5). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/

Setelah itu, seluruh penduduk setempat akan mengadakan doa di Masjid Agung Surakarta dengan membawa Hajad Dalem Tumpeng Sewu (seribu tumpeng) sebagai simbol malam seribu bulan.

Dahulu, setiap Malam Selikuran, halaman depan Masjid Agung akan dipenuhi masyarakat seperti pasar malam.

Namun, karena Keraton Surakarta sudah memiliki pasar malam sendiri saat Sekaten, maka Pakubuwana X memindahkan Malam Selikuran ke Taman Sriwedari.

Karena itu, hingga saat ini, tradisi tersebut dilakukan di Taman Sriwedari.

Baca Juga: Sejarah Panjang Bubur Samin, Takjil Legendaris Ramadan di Solo

Meski begitu, tradisi ini sempat berhenti pada masa Pakubuwana XII bertahta. Namun, saat HR Hartono menjadi Wali Kota Surakarta, tradisi Malam Selikuran kembali dilaksanakan.

Load More