SuaraSurakarta.id - Imlek 2025 adalah momen yang tepat untuk mengenang kontribusi tokoh-tokoh keturunan Tionghoa yang telah memperkaya budaya Indonesia.
Salah satu sosok yang tak boleh dilupakan adalah Go Tik Swan atau K.R.T. Hardjonagoro, seorang maestro batik yang berhasil menyatukan identitas Tionghoa dan Jawa dalam karya-karyanya.
Di tengah perayaan Imlek yang sarat makna, kisah Go Tik Swan menjadi pengingat bahwa harmoni budaya mampu melahirkan keindahan yang mendalam, seperti terlihat dalam warisan batiknya yang hingga kini tetap dihormati dan dijaga oleh generasi penerus.
Baca Juga: 5 Kuliner di Solo Hasil Akulturasi Budaya Jawa-Tionghoa
Go Tik Swan, yang dikenal dengan nama K.R.T. Hardjonagoro, lahir pada 11 Mei 1931 di Surakarta, Jawa Tengah. Sebagai putra sulung dalam keluarga Tionghoa terhormat, ia diasuh oleh kakeknya, Tjan Khay Sing, seorang pengusaha batik ternama di Solo. Sejak kecil, Go Tik Swan telah terpapar budaya Jawa dan seni batik, yang kemudian menjadi fondasi kecintaannya terhadap warisan budaya Indonesia.
Pada tahun 1950-an, Presiden Soekarno menantang Go Tik Swan untuk menciptakan motif batik yang mencerminkan kepribadian Indonesia. Menjawab tantangan ini, ia menciptakan motif batik dengan nuansa nasionalis yang menggabungkan elemen budaya dari berbagai daerah di Indonesia.
Batik yang bernama Batik Indonesia atau Batik Abangan ini tidak hanya memperkaya ragam motif batik, tetapi juga memperkuat identitas batik sebagai warisan budaya nasional.
![Google Doodle ulang tahun ke-90 pelopor batik Indonesia, Go Tik Swan. [Google]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/11/38269-google-doodle-ulang-tahun-ke-90-pelopor-batik-indonesia-go-tik-swan.jpg)
Di tahun yang sama pula ia dianugerahi gelar Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Hardjonagoro oleh pihak keraton.
Gelar ini merupakan penghormatan atas dedikasinya dalam mengangkat seni batik ke tingkat yang lebih tinggi dan perannya dalam mempromosikan budaya Jawa.
Baca Juga: 5 Tokoh Budaya Keturunan Tionghoa yang Melegenda di Solo
Go Tik Swan meninggal pada 5 November 2008, namun warisannya dalam dunia batik tetap hidup.
Berita Terkait
-
Gegara Bercanda Soal Bom, Penumpang Batik Air Tak Naik Pesawat Hingga Terancam Penjara
-
Sosok Orang Tua Titiek Puspa, Benarkah Ada Keturunan Tionghoa?
-
7 Kuliner Khas Pekalongan yang Wajib Dicoba, Dari Garang Asem Hingga Kopi Tahlil
-
Unik! Masjid Arab di Tengah Pecinan Makassar, Jemaahnya Hanya Pria
-
CEK FAKTA: Video Pesawat Batik Air Tergelincir di Yogyakarta pada 2025
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
-
Terus Pecah Rekor! Harga Emas Antam 1 Gram Kini Dibanderol Rp1.975.000
-
Gaikindo Peringatkan Prabowo soal TKDN: Kita Tak Ingin Industri Otomotif Indonesia Ambruk!
-
Piala Dunia U-17 2025: Perlunya Tambahan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia U-17
Terkini
-
Kasus 'Kencing' Pertalite Terbongkar: Polres Sukoharjo Bekuk Mafia BBM Subsidi
-
Aspirasi Tersampaikan, Ini Momen Aksi TPUA di Rumah Jokowi Dikawal Humanis Polresta Solo
-
Satreskrim Polresta Solo Ungkap Misteri Avanza Raib di Parkiran Hotel, Pelaku Dibekuk
-
Jokowi ke Massa TPUA: Tak Ada Kewajiban Tunjukkan Ijazah Saya
-
Jokowi Akhirnya Tunjukkan Ijazah Asli dari SD sampai Lulus UGM