Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Minggu, 28 April 2024 | 15:33 WIB
Maryono menyelesaikan pesanan kerajinan rumah kertas di Kampung Kepanjen RT 01 RW 06, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (28/4/2024). [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]

SuaraSurakarta.id - Membakar rumah kertas merupakan salah satu tradisi masyarakat Tionghoa, sebagai cara mengungkapkan rasa sayang kepada leluhur.

Rumah kertas terbuat dari kerangka bambu berbentuk rumah yang kemudian dibalut dengan kertas berwarna-warni. Di dalam rumah yang biasanya berukuran setinggi manusia dan lebar sesuai kebutuhan itu, didesain mirip rumah hunian.

Tradisi itu terus berjalan hingga sekarang, termasuk pengrajin dari Kampung Kepanjen RT 01 RW 06, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Kota Solo.

Maryono (43), adalah pengrajin rumah kertas yang konon tinggal satu-satunya yang tersisa di Kota Bengawan.

Baca Juga: Tak Akan Mundur Sebagai Wali Kota Solo, Gibran: Itu Perintah dari Pak Presiden Terpilih

Ditemui Suara.com, Minggu (28/4/2024) siang, Maryono menyelesaikan detil-detil rumah kertas yang dipesan dari sesorang asal Kabupaten Wonogiri.

"Nanti malam akan dibakar Rumah Duka Thiong Ting. Ini proses perakitan terakhir sebelum dibawa ke sana," ungkap dia mengawali perbincangan.

Rumah kertas yang dibuatnya berbentuk rumah mewah dua lantai lengkap dengan halaman dan garasi. Tak hanya itu, dua buah miniatur mobil juga menjadi ornamen tambahan yang dibuatnya.

Maryono menyelesaikan pesanan kerajinan rumah kertas di Kampung Kepanjen RT 01 RW 06, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (28/4/2024). [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]

Maryono menceritakan, butuh waktu sekitar dua pekan untuk menyelesaikan pesanan pembuatan rumah kertas itu.

Apalagi, Bagian dalam rumah didesain mirip rumah pada umumnya yang terdiri dari berbagai ruangan lengkap dengan interiornya.

Baca Juga: Ngantor Lagi Usai Ditetapkan Sebagai Wakil Presiden Terpilih, Gibran Irit Bicara

Mulai dari kursi sofa, cermin, almari, tempat tidur, kamar mandi hingga miniatur kendaraan mobil. Orang-orangan yang menyerupai leluhur juga ditempatkan di situ, sehingga menjadi sebuah karya seni yang hidup.

Bakat pria kelahiran Solo 18 November 1981 membuat rumah kertas berasal dari sang bapak, yang dulunya pengrajin serupa.

Maryono menjelaskan, orang tuanya dahulu bekerja di sebuah tempat pembuatan kerajinan rumah kertas. Seiring berjalannya waktu, bapaknya membuka usaha kerajinan sendiri.

"Saya sudah dilatih sejak SD. Awalnya ya hanya bantu mengelem dan menali. Pelan-pelan belajar merakit dari bapak dan bisa sendiri sampai sekarang," jelas dia.

Maryono menambahkan, untuk harga tiap unit dibanderol mulai Rp 4-15 juta, tergantung dengan tingkat kesulitan desain rumah yang akan dibuat.

"Minimal sebulan sekali ada orderan pembuatan rumah kertas. Modelnya ya beda-beda tergantung dari si pemesan itu sendiri," paparnya.

Load More