Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 16 November 2023 | 18:03 WIB
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat berada di Lokananta Solo [Dok Pemprov Jateng]

SuaraSurakarta.id - Kota Solo atau Surakarta di Jawa Tengah menjadi saksi sejarah industri musik Indonesia, karena kemunculan Lokananta yang merupakan studio musik tertua di Indonesia yang masih eksis hingga sekarang. 

Seperti diketahui kalau Solo menyimpan banyak bagunan bersejarah yang masih terawat hingga sekarang. Salah satunya adalah Studio Lokananta yang merupakan studi musik yang sudah ada sejak lama. 

Bahkan saking lamanya, studio Lokananta diklaim sebagai studio musik paling tua di Indonesia. Buat Anda yang penasaran, berikut ini ulasan singkatnya mengenai sejarah Studio Lokananta. 

Sejarah Studio Lokananta Solo 

Baca Juga: Bangun Museum Sains dengan Biaya Rp 600 Miliar, Gibran: Saya Nggak Mau Kalah dari Jogja dan Semarang!

Studio Lokananta berdiri pada 29 Oktober 1956. Nama Lokananta diambil dari bahasa Sansekerta yang artinya gamelan dari kayangan yang bersuara merdu. Studio ini berlokasi di Jalan A. Yani No.379 A Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Jawa Tengah. 

Lokananta sendiri memiliki bangunan dengan lahan seluas 21.150 meter meter persegi, dengan ruang rekaman terluas di Indonesia yakni 14 x 31 meter atau hampir 2 kali ukuran lapangan bulu tangkis.

Kisah Lokananta dimulai dengan visi untuk menangkap dan melestarikan permadani musik Indonesia yang kaya. R. Maladi, kepala Radio Republik Indonesia (RRI) saat itu, mengakui perlunya fasilitas khusus untuk merekam dan menyebarkan ekspresi musik yang beragam di negara ini. 

Dengan demikian, Lokananta muncul, awalnya bertugas merekam materi siaran untuk 26 stasiun RRI di seluruh nusantara. Hasil rekamannya berbentuk piringan hitam yang berisi berbagai lagu-lagu daerah dari seluruh nusantara. 

Di masa itu cukup banyak artis yang melakukan rekaman di Lokananta. Bahkan bisa dibilang Lokananta menyaksikan kelahiran legenda musik yang tak terhitung jumlahnya, termasuk Gesang, Waldjinah, Bing Slamet, Titiek Puspa, dan Sam Saimun. 

Baca Juga: Kondisi Museum Keraton usai Dibuka Lagi Pasca Konflik Berakhir, Kotor dan Tidak Nyaman Dilihat

Tokoh-tokoh ikonik ini, yang dipelihara oleh lingkungan pengasuhan Lokananta, kemudian membentuk jalannya musik Indonesia, melodi mereka bergema dari generasi ke generasi. Kontribusi Lokananta melampaui perannya sebagai studio rekaman. 

Lokananta menjadi pusat budaya, membina komunitas seniman, produser, dan penggemar musik yang dinamis. Festival Lokananta tahunan studio, yang diadakan dari tahun 1979 hingga 1994, menyediakan platform bagi musisi baru, menampilkan bakat mereka dan mendorong mereka menjadi sorotan nasional.

Sayangnya pada tahun 1999 eksistensi Lokananta mulai meredup seiring dengan munculnya teknologi kaset dan CD. Beruntung pada tahun 2014 Pemerintah Surakarta dan Pusat mulai melakukan revitalisasi dan puncaknya pada 3 Juni 2023, Studio Lokananta diresmikan kembali oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan menjadi tempat para musisi untuk merekam karya mereka dan mengadakan acara musik. 

Hari ini, Lokananta berdiri sebagai bukti kekuatan musik yang bertahan lama dan kemampuannya untuk melampaui waktu dan batas-batas budaya yang mana dikelola oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). 

Dindingnya bergema dengan gema masa lalu, sementara studionya terus memelihara semangat kreatif generasi mendatang. Warisan Lokananta bukan hanya pelestarian musik ini adalah bukti semangat abadi warisan budaya Indonesia yang kaya.

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More