Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 27 Juli 2023 | 16:37 WIB
Ilustrasi akun google. [Pexels.com/Pixabay]

SuaraSurakarta.id - Rancangan Peraturan Presiden atau Perpres Jurnalisme Berkualitas mendapatkan kritikan tajam dari Google Indonesia.

Dalam blog resminya, Google Indonesia menilai peraturan itu akan membatasi keragaman sumber berita dan hanya menguntungkan pihak tertentu.

Alih-alih membangun jurnalisme berkualitas, peraturan ini dinilai dapat membatasi keberagaman sumber berita bagi publik.

"Karena memberikan kekuasaan kepada sebuah lembaga non-pemerintah untuk menentukan konten apa yang boleh muncul online dan penerbit berita mana yang boleh meraih penghasilan dari iklan," terang Google yang dilansir Kamis (27/7/2023).

Baca Juga: Apa Itu Askew? Inilah Fitur Rahasia Google yang Seru dan Cara Menggunakannya

Google menerangkan jika rancangan perpres yang ada saat ini disahkan, pihaknya tak bisa lagi menyediakan sumber informasi yang kredibel dan beragam di Indonesia.

Raksasa internet asal Amerika itu khawatir sejumlah programnya untuk mendukung industri media di Indonesia akan sia-sia jika rancangan regulasi baru itu disahkan.

"Kami akan terpaksa harus mengevaluasi keberlangsungan berbagai program yang sudah berjalan serta bagaimana kami mengoperasikan produk berita di negara ini," terang Google.

Google mengaku sudah terlibat dalam pembahasan regulasi itu sejak pertama kali diusulkan pada 2021 lalu, membeberkan ada beberapa dampak negatif jika rancangan perpres tersebut disahkan.

Pertama, berita media online akan dibatasi karena hanya segelintir penerbit atau media yang akan diuntungkan. Google tak bisa menampilkan ragam informasi, termasuk media-media kecil dari daerah yang tergabung dalam Serikat Media Siber Indonesia (SMSI).

Baca Juga: Biografi Ustadz Adi Hidayat, Ulama yang Kabarnya Diblokir Google Pasca Kirim Bantuan ke Palestina

"Masyarakat Indonesia yang ingin tahu berbagai sudut pandang pun akan dirugikan, karena mereka akan menemukan informasi yang mungkin kurang netral dan kurang relevan di internet," terang Google.

Load More