Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 24 Maret 2023 | 03:00 WIB
Bubur Samin Khas Banjar menjadi salah satu menu buka puasa bagi masyarakat saat bulan ramadan yang disediakan di Masjid Darussalam, Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Solo. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Bubur Banjar Samin menjadi salah satu tradisi yang ada di Kota Solo selama bulan Ramadan.

Bubur samin khas Banjar, Martapura, Kalimantan Selatan ini banyak ditunggu-tunggu masyarakat dari berbagai daerah saat bulan Ramadan tiba.

Karena bubur Samin ini menjadi salah satu menu buka puasa bagi masyarakat saat bulan ramadan yang disediakan di Masjid Darussalam, Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Solo.

Pada bulan ramadan 2023, tradisi pembuatan dan pembagian kembali diadakan. Ada 47 kg per harinya bubur Samin yang disiapkan selama bulan ramadan, jumlah itu sekitar 1300 porsi per harinya. 

Baca Juga: MRT Izinkan Penumpang Buka Puasa di dalam Kereta, Tapi Hanya dengan Air Putih dan Kurma

"Tahun ini kita buat 47 kg, dari jumlah menjadi 1300 porsi. Nanti yang 200 porsi untuk takjil masjid, sisanya dibagikan masyarakat secara gratis," ujar Ketua Takmir Masjid Darussalam Jayengan, Solo, HM Rosyidi saat ditemui, Kamis (23/3/2023).

Menurutnya babur Samin ini selalu dirindukan masyarakat tidak hanya dari Solo tapi luar Solo. Karena memiliki ciri khas, rasanya gurih dan rempah-rempahnya itu terasa sekali. 

Ada racikan wortel dan daging yang dicacah juga, itu yang menjadi ciri khas bubur samin ini.

"Ini selalu dirindukan banyak orang. Ada hakim dari Boyolali itu kalau tidak berbuka pakai bubur Samin ada yang kurang, ada juga warga Tionghoa dari Salatiga selalu datang ke sini," paparnya.

Bubur Samin ini dibuat dari rempah-rempah khas Banjar, seperti Kapulaga, Jahe dan Mrica.

Baca Juga: CEK FAKTA: Amanda Manopo Buka Puasa Bersama Keluarga Arya Saloka

"Saat dimakan itu, badan rasanya hangat. Memang ada khasiatnya, karena diolah dari rempah-rempah dan pakai minyak Samin," papar dia.

Sebenarnya bubur Samin ini dikelurkan tiga kali dalam satu tahun. Saat 10 muharam atau asyura, nifsu syahban dan bulan ramadan sebulan penuh.

"Tapi pembuatan porsinya paling banyak itu saat bulan ramadan. Karena ada ribuan masyarakat yang datang," sambung dia.

Rosyidi mengatakan dulu bubur Samin hanya bisa dinikmati oleh kalangan internal saja. Namun, sejak tahun 1985,  bubur Samin mulai dibagikan kepada masyarakat setiap setiap bulan ramadan. 

"Alhamdulillah, mulai 1985 sampai 2019 terus sampai sekarang. Dulu itu buatnya hanya 15 kilo sekarang sampai 47 kilo," jelasnya.

Setiap bulan ramadan banyak masyarakat yang menyempatkan datang untuk menikmati bubur Samin.

"Saya sangat suka dengan bubur Samin ini. Bumbunya itu merasuk sekali pas dimakan, rasanya gurih seperti khas makanan Arab," terang seorang warga asal Banyumas, Churotul Ainiyah (40).

Tadi datang sekitar pukul 14.00 WIB, ini kebagian bubur mengingat yang antre pasti banyak. 

"Setiap puasa pasti kesini terus. Tadi antri dari 14.00 WIB. Rela antri biar tetap kebagian, saya bawa tiga tempat," tandas dia.

Kontributor : Ari Welianto

Load More