Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Selasa, 08 November 2022 | 19:00 WIB
Keberadaan Balai Persis yang terletak di Jalan Gajah Mada Nomor 73, Solo. [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]

SuaraSurakarta.id - Kota Solo tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang sepak bola Indonesia. Termasuk keberadaan bangunan bersejarah yang bernama Balai Persis.

Bangunan itu berdiri di tanah seluas 1600 meter persegi yang terletak di Jalan Gajah Mada Nomor 73, Solo.

Balai Persis menyimpan ratusan koleksi piala, khususnya Persis Solo dari awal-awal berdiri hingga era modern.

Keberadaan Balai Persis membuat masyarakat maupun pecinta sepak bola harus jauh-jauh pergi ke Museum FIFA di Kota Zurich, Swiss atau National Football Museum di Inggris untuk sekadar melihat koleksi piala bersejarah.

Baca Juga: Penyebab Persis Solo Jauh-jauh Gelar TC di Malaysia Bersama Johor Darul Ta'zim

Mantan pengurus Persis Solo, Heri Isranto kepada Suarasurakarta.id menjelaskan, ada deretan tropi yang tersimpan di Balai Persis.

Keberadaan deretan piala di Balai Persis yang terletak di Jalan Gajah Mada Nomor 73, Solo. [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]

Mulai piala berbahan kayu saat tim Laskar Sambernyawa jadi runner-up Liga Perserikatan tahun 1937.

Kemudian piala Steden Wedstrid PSSI 1939 saat Persis jura Liga Perserikatan musim 1939.

"Ada banyak tropi sebagai koleksi yang masih tersimpan. Ini menjadi saksi perjuangan Persis, bahkan sejak jaman sebelum kemerdekaan," ungkap pria yang akrab disapa Gogor itu, Selasa (8/11/2022).

Tak hanya koleksi piala, di depan Balai Persis juga terdapat patung Ir Soeratin, salah satu pendiri sekaligus Ketua Umum PSSI pertama. Patung itu bahkan sudah tercatat sebagai benda cagar budaya.

Baca Juga: Pesta Hari Ultang Tahun ke-99 Persis Solo, Simak Galeri Foto Perjuangan Pemain di BRI Liga 1 2022/2023

Keberadaan puluhan piala itu menyimpan berbagai versis. Menurutnya, dua klub lokal pendiri Persis, PS Romeo dan PS Mars juga meletakkan beberapa pialanya di Balai Persis.

"Sulit untuk memastikan pemilik piala itu, apalagi pelaku sejarahnya sudah tidak ada. Buku atau media massa pada saat itu juga sudah tidak ada di Monumen Pers, perpustakaan milik Mangkunegaran dan Keraton Kasunanan Surakarta. Paling data yang valid yan di Museum Belanda," kata Gogor.

Load More