Sejumlah pemain keturunan Tionghoa seperti seperti Tan Hong Djien, Tan Mo Heng, dan Tan See Handi bahkan berperan membawa Indonesia (dulu masih bernama Hindia Belanda) tampil di Piala Dunia 1938 Perancis. Kemudian muncul Tan Liong Houw, salah satu pemain kunci yang meloloskan Indonesia hingga perempat final Olimpiade 1956 Australia.
Pemersatu
Meski diskriminasi rasial kini sudah jauh berkurang, tak serta merta regenerasi pesepakbola keturunan Tionghoa kembali moncer.
Bayang-bayang luka lama membuat para orangtua dari kalangan Tionghoa masih enggan mendorong anaknya bergelut di olahraga tersebut. Selain itu, sepak bola masih lekat dengan kerusuhan sehingga membuat mereka memilih olahraga lain yang lebih “aman” seperti basket dan bulutangkis.
“Sepak bola masih berisiko bagi minoritas seperti kami. Namun bukan berarti kami tak punya peluang lagi (di sepak bola),” lanjut Wewek.
Di Solo, ada sejumlah gerakan lokal yang mendorong pemain Tionghoa kembali eksis di sepak bola. Gerakan tersebut secara tak langsung turut membumikan keberagaman dan perdamaian lewat si kulit bundar.
Salah satu inisiatif datang dari Tunas Nusa Harapan. Selain bergiat di pembinaan kelompok umur, klub anggota Persis Solo itu memiliki klub lansia dan SSB yang aktif mendorong munculnya kembali bakat-bakat baru pemain bola dari etnis Tionghoa.
TNH sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Tim itu dahulu bernama Thing Nin Hwe, berisi pemain-pemain bola keturunan Tionghoa.
Selepas berubah nama menjadi Tunas Nusa Harapan, klub tersebut lebih heterogen dengan pemain dari beragam suku dan ras. TNH lansia yang berlatih setiap Kamis sore tak ubahnya miniatur Indonesia.
Baca Juga: Viral! Koh Steven Telah Mengislamkan 63 Ribu Orang, Al Jazeera Menyebutkan Hal Itu
Para pemain berasal dari beragam kalangan mulai etnis Tionghoa, Jawa hingga Arab. Tak jarang mereka mengajak anak atau cucu untuk menonton pertandingan. Kohesi sosial terbentuk secara alami lewat perjumpaan rutin di lapangan hijau.
“Nyewa lapangan ya urunan, meski Pak Isnugroho (pengurus TNH lansia, eks Persis) masih sering tombok,” ujar Wewek sambil terkekeh.
TNH mulai menyasar pembinaan usia dini dengan mendirikan SSB pada September 2021. SSB TNH mewadahi kelompok U-6 dan U-12. Mereka rutin berlatih Rabu dan Minggu di Lapangan Karangasem.
“Kami tidak hanya fokus melatih skill, tapi juga menanamkan karakter dan sikap toleran,” ujar pelatih dan salah satu penggagas SSB TNH, Didik Kuntadi.
Sejauh ini anggota SSB TNH hampir 100 orang, lima di antaranya adalah anak keturunan Tionghoa. Didik mengakui tak mudah mengajak anak-anak Tionghoa berlatih bola, terlebih dengan kegiatan sekolah yang menumpuk.
“Sekolah-sekolah sekarang banyak yang pulang sore, ini jadi kendala tersendiri,” ujar eks pemain Persis periode 1990-an ini.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Tanpa Naturalisasi! Pemain Rp 2,1 Miliar Ini Siap Gantikan Posisi Ole Romeny di Ronde 4
- Akal Bulus Dibongkar KPK, Ridwan Kamil Catut Nama Pegawai Demi Samarkan Kepemilikan Kendaraan
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- Bocor! Timnas Indonesia Naturalisasi 3 Pemain Keturunan, Ada dari Luar Eropa
- Thijs Dallinga Keturunan Apa? Striker Bologna Mau Dinaturalisasi Timnas Indonesia untuk Ronde 4
Pilihan
-
Pelatih Vietnam Akui Timnya Kelelahan Jelang Hadapi Timnas Indonesia U-23
-
Orang Dekat Prabowo dan Eks Tim Mawar Ditunjuk jadi Presiden Komisaris Vale
-
Bukti QRIS Made In Indonesia Makin Kuat di Dunia, Mastercard Cs Bisa Lewat
-
Luhut Ungkap Proyek Family Office Jalan Terus, Ditargetkan Beroperasi Tahun Ini
-
Danantara Kantongi 1 Nama Perusahaan BUMN untuk Jadi Holding Investasi, Siapa Dia?
Terkini
-
Hendak Aksi Tawuran di Mojosongo, Polisi Amankan Enam Pemuda Perguruan Silat
-
Agustus Penuh Karya: Pasar Rakyat dan Budaya TBJT Surakarta Hadirkan Ratusan Seniman
-
Insiden Berdarah di Solo: Perkelahian Tewaskan Satu Orang, Pelaku Diamankan
-
Miras Ilegal Digerebek: Sparta Polresta Solo Sikat Penjual Ciu di Kadipiro
-
Transaksi Soloraya Great Sale 2025 Sudah Tembus Rp10,3 Triliun, Karanganyar Tertinggi