Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Selasa, 04 Oktober 2022 | 18:01 WIB
Pedagang telur asin dan kinang yang ada di sekaten, Selasa (4/10/2022). [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Perayaan sekaten di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat resmi dimulai dengan ditabuhnya dua gamelan, yakni Kyai Guntur Madu dan Nyai Guntur Sari, Sabtu (1/10/2022).

Pada perayaan sekaten tersebut terdapat sejumlah pedagang yang menjadi simbol sekaten.

Pedagang tersebut meliputi, pedagang telun asin, kinang yang isinya bako, injet, suruh, dan gambir. Ada juga yang jualan kapal-kapalan, hingga pecut yang banyak diburu warga. 

Kebanyakan pedagang tersebut berasal dari luar Solo, seperti Sukoharjo, Boyolali, hingga Sragen. Mereka pun hanya berjualan selama perayaan sekaten mulai gamelan sekaten ditabuh hingga satu minggu kedepan.

Baca Juga: Terjunkan 100 Pasukan di Pasar Malam Sekaten, Wakapolresta Solo: Pelaku Kriminal Bakal Kami Sikat!

Sedangkan untuk kegiatan sehari-hari bermacam-macam, ada yang jadi buruh, petani hingga ibu rumah tangga.

Mereka kebanyakan sudah berjualan dagangan tradisi sekaten sudah puluhan tahun hingga sekarang.

"Sudah lama sekali jualan di sekaten," ujar salah satu pedagang, Tuminah (71) saat ditemui, Selasa (4/10/2022).

Sehari-harinya, Tuminah bekerja sebagai buruh di sawah. Tapi saat perayaan sekaten, ia beralih sebagai pedagang telur asin dan kinang.

"Sehari-harinya saya buruh. Jualan telur asin dan kinang ini hanya pas sekaten saja," kata perempuan asal Boyolali ini.

Baca Juga: Banjir Keluhan Parkir dan Pengamen hingga Disemprot Gibran, Panitia Pasar Malam Sekaten Buka Suara

Biasanya, ia berjualan di bangsal tempat ditaruhnya gamelan sekaten Kyai Guntur Madu di halaman Masjid Agung Surakarta.

"Dari sana naik bis bareng-bareng dengan yang lainnya. Sama juga, mereka jualan saat sekaten saja," sambungnya.

Kenapa hanya berjualan pas perayaan sekaten, ia ingin mendapatkan berkah mengingat ini yang menyelenggarakan dari Keraton Kasunanan Surakarta

"Ingin mencari berkah dari keraton. Datang ke sini pas gamelan keluar dari keraton dan ditabuh," kata dia.

Tuminah, menjual satu buah telur asin seharga Rp 3.000, sedangkan kinang itu Rp 5.000 dapat tiga buah.

Biasanya setelah gamelan ditabuh banyak warga yang membeli. Kalau beli kinang langsung dikunyah saat itu juga, ada juga yang dibawa pulang termasuk telur asin juga.

Load More