SuaraSurakarta.id - Sebutan kadrun atau cebong untuk merujuk pada suatu golongan tertentu kian hari semakin meresahkan. Biasanya seseorang yang dilabeli kadrun atau cebong karena kerap bersebrangan pendapat di sosial media.
Bahkan sosok jurnalis Najwa Shihab hingga mantan Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti pernah dilabeli sebagai kadrun.
Menanggapi fenomena itu, tokoh muda Nadhlatul Ulama (NU) Nadirsyah Hosen alias Gus Nadir mengaku heran dengan fenomena tersebut.
Ia tak habis pikir sosok yang idealis seperti Najwa Shihab, Susi Pudjiastuti hingga yang terbaru Tsamara Amany sampai dilabeli kadrun.
"Jadi gini, 3 orang ini: Bu Susi, Najwa dan Tsamara mendadak dikadrunkan. Padahal mereka gak pernah minta Jokowi mundur, gak dukung khilafah atau 212 dan pakai jilbab aja enggak," heran Gus Nadir melalui akun twitternya yang dikutip pada Sabtu (23/4/2022).
"Jadi, kenapa? Karena dianggap melawan arus polarisasi bangsa either you’re with us or with kadrun. Fasis!," sambung Gus Nadir.
Sontak saja cuitan Gus Nadir itu mematik perhatian warganet. Sebagian besar dari mereka turut meresahakan fenomena kadrun atau cebong.
"Mengkritisi kebijakan pemerintah dianggap kadrun, mengapresiasi kinerja pemerintah dianggap cebong. Polarisasi sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan," kata akun @hans_wira**.
"Kenapa fenomena labeling seperti ini baru terjadi di rezim ini? Kenapa beda pikiran menjadi sesuatu yang haram? Bukankah demokrasi mensyaratkan adanya beda pikiran? Tidak ada lagi kehangatan sebagai warga negara yang bisa berbeda pendapat, berdiskusi bahkan berdebat. Semuanya mesti dalam 1 pikiran. Set back," ucap akun @ToroMoha**.
Baca Juga: Megawati Minta Rakyat Jangan Cengeng, Susi Pudjiastuti: Kita Semua Harus Tabah
"Berbeda pandangan politik sebenarnya hal biasa di negara menapun. Tapi labeling kadrun atau kampret atau apapun itu terhadap lawan politik saya pikir salah. Akhirnya dari 2014 sampai sekarang kita terpolarisasi. Dan sampai sekarang tidak ada satu tokohpun yang bisa menyelesaikan," ungkap akun @SutanHasi**.
"Sebenernya oposisi pemerintah itu sehat. Asal tidak gunakan sara apalagi niat jadikan negara khilafah dan sebagaimana. Kalau itu sudah bukan oposisi tapi mau hilangkan NKRI," tulis akun @Enien**.
"Dibuat jadi terpolarisasi jadi dua ekstrim. Mungkin ini yang diinginkan pihak-pihak tertentu di belakang layar?," tandas akun @_saty**.
Kontributor : Fitroh Nurikhsan
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
Terkini
-
Misi Ketua PP Perbasi Munculkan Atlet Basket Timnas dari Kota Bengawan
-
Perluasan Jangkauan Bank Jakarta: Hadirnya KCP UNS, Solusi Keuangan Tepat di Jantung Kampus
-
Mengenang Kedekatan Sang Maestro Dalang Ki Anom Suroto bersama Puspo Wardoyo
-
Sempat Ditunjukkan Ijazah Asli Jokowi, Ini Respon Relawan Projo
-
Budi Arie Akui Ada Arahan dari Jokowi, Tetap Dukung Pemerintah Prabowo-Gibran