SuaraSurakarta.id - Miliarder Rusia pemilik klub sepak bola Chelsea, Roman Abramovich, dan para juru runding perdamaian Ukraina menderita gejala yang diduga karena diracun setelah sebuah perundingan mengenai konflik Ukraina-Rusia di Kiev awal Maret lalu, lapor Wall Street Journal dan outlet investigasi Bellingcat seperti dikutip Reuters, Selasa (29/3/2022).
Abramovich yang menyanggupi permintaan Ukraina guna membantu merundingkan pengakhiran invasi Rusia ke Ukraina, dan paling sedikit dua anggota senior delegasi Ukraina, terdampak (racun itu), lapor Wall Sreet Journal.
Pejabat Ukraina berusaha mendinginkan laporan itu. Ketika ditanya soal dugaan peracunan itu, juru runding Ukraina Mykhailo Podolyak berkata, "ada banyak spekulasi, bermacam-macam teori konspirasi".
Rustem Umerov, anggota delegasi Ukraina lainnya, mendesak orang agar tidak mempercayai "informasi yang belum terverifikasi".
Baca Juga: Presiden Zelenskyy: Ukraina Siap Jadi Negara Netral, Tapi Dengan Syarat
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba kemudian menempuh pendekatan sama dengan mengatakan dalam sebuah wawancara di televisi nasional bahwa "semua orang haus akan berita dan sensasi". Namun, dia kemudian malah menegaskan, "Saya sarankan siapa pun yang akan berunding dengan Rusia agar tidak makan atau minum apa pun, (dan) sebaiknya menghindari menyentuh permukaan".
Seorang pejabat AS mengatakan intelijen menduga faktor "lingkungan" sebagai alasan sakitnya Abramovich dan para perundung" Ukraina itu.
Pejabat AS yang berbicara dengan meminta identitasnya tak diungkapkan itu tidak menjelaskan lebih lanjut, sedangkan Kremlin tidak menjawab permintaan komentar soal ini melalui email.
Mata merah, kulit mengelupas
Menurut Wall Street Journal, Abramovich dan para perunding Ukraina menunjukkan gejala yang meliputi mata merah, keluar air mata terus menerus dan terasa menyakitkan, serta kulit wajah dan tangan yang mengelupas.
Baca Juga: Lisensi Android Dicabut Google, Produsen Ponsel Rusia Bakal Pakai HarmonyOS Huawei
Abramovich dan para perunding Ukraina, termasuk Umerov yang anggota parlemen Tatar Krimea, sudah membaik dan nyawanya tak lagi dalam bahaya, kata Wall Sreet Journal.
Seseorang yang mengetahui masalah tersebut membenarkan insiden itu kepada Reuters tetapi menyatakan insiden itu tak menghentikan Abramovich untuk terus bekerja.
Bellingcat mengatakan para pakar yang meneliti insiden itu menyimpulkan "peracunan dengan menggunakan jenis senjata kimia yang belum diketahui" adalah penyebab paling mungkin untuk insiden itu.
Mengutip para pakar, Bellingcat mengatakan dosis dan jenis racun yang digunakan tidak cukup untuk merenggut nyawa manusia, "dan kemungkinan besar dimaksudkan untuk menakut-nakuti para korban ketimbang menyebabkan dampak permanen. Para korban mengaku tak mengetahui siapa yang mungkin berusaha menyerang mereka.
Ketiga pria yang mengalami gejala ini hanya mengonsumsi air dan cokelat beberapa jam sebelum perundingan itu, kata Bellingcat. Anggota tim keempat yang juga mengonsumsi item-item ini tidak mengalami gejala, Bellingcat.
Pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebut Presiden Vladimir Putin sebagai "operasi militer khusus" untuk demiliterisasi Ukraina. Ukraina dan Barat mengatakan Putin melancarkan agresi yang tidak berdasar.
Kremlin mengatakan Abramovich memainkan peran awal dalam pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina tetapi prosesnya kini berada di tangan tim perunding kedua belah pihak. Kedua belah pihak akan bertemu di Istanbul pada Selasa untuk pembicaraan damai tatap muka pertama dalam lebih dari dua pekan.
Kuleba mengungkapkan harapan paling besar Ukraina dari perundingan pekan ini untuk kesepakatan gencatan senjata. Tetapi pemerintah Ukraina tak mau melewati garis merah bahwa mereka tidak akan menyerahkan tanah atau kedaulatan apa pun kepada Rusia, kata Kuleba.
Barat menjatuhkan sanksi berat kepada para miliarder Rusia seperti Abramovich, perusahaan-perusahaan Rusia dan para pejabat Rusia, guna memaksa Putin menarik diri dari Ukraina.
Abramovich yang sosok internasionalnya melesat setelah mengakuisisi Chelsea FC pada 2003, terpaksa menjual klub sepak bola London itu setelah terkena sanksi.
[ANTARA]
Berita Terkait
-
Rusia Uji Coba Rudal Oreshnik, Presiden Ukraina Ketar-ketir
-
Perang Suriah Memanas Libatkan HTS vs. Assad, Rusia Dituduh Serang Warga Sipil
-
Tentara Korea Utara Menyamar jadi Warga Lokal di Wilayah Perbatasan Rusia-Ukraina
-
Jatuh Cinta di Medan Perang, Tentara Inggris Ditawan Rusia Setelah Berjuang untuk Ukraina
-
Unjuk Kekuatan, Putin Klaim Rusia Punya Senjata Tak Tertandingi oleh Negara Manapun
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Jangan Lewatkan! Lowongan Kerja OJK 2024 Terbaru, Cek Syaratnya Di Sini
-
4 Rekomendasi HP Gaming Murah Rp 2 jutaan Memori Besar Performa Handal, Terbaik November 2024
-
Harga MinyaKita Mahal, Mendag "Lip Service" Bakal Turunkan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
-
Jangan Lewatkan! Amalan Malam Jumat untuk Perlindungan dari Fitnah Dajjal
Terkini
-
Kalah di Pilkada Solo versi Quick Count, Ini Ucapan Menyentuh Teguh Prakosa
-
Pagi-pagi Temui Jokowi Usai Menang Pilkada Solo, Respati-Astrid Dapat 'Hadiah' Ini
-
Cerita Jokowi Banjir Telepon dari Pemenang Pilkada Sampai Larut Malam
-
Astrid Widayani Ciptakan Sejarah, Wakil Wali Kota Solo Perempuan Pertama
-
Quick Count Pilkada Sukoharjo: Petahana vs Kotak Kosong Siapa yang Menang? Ini Hasilnya