Scroll untuk membaca artikel
Siswanto
Minggu, 06 Februari 2022 | 15:45 WIB
Ilustrasi hamil (pixabay.com)

SuaraSurakarta.id - Seorang bayi di Kabupaten Probolinggo meninggal dunia ketika kedua orangtuanya sedang berjuang untuk mendapatkan penanganan medis.

Bayi itu anak pasangan Sarito (46) dan Anisa (36) warga Desa Karangbong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo.

Sarito (46), suami dari Anisa, kecewa dengan respons bidan Desa Karangbong dan Puskesmas Pajarakan.

Ketika ditemui jurnalis Beritajatim di rumahnya, Dusun Triwung, Sarito menceritakan sebelum anaknya meninggal dunia, istrinya mengeluh sakit perut.

Baca Juga: Seorang Wanita Melahirkan di Pesawat, Ternyata Sebulan Lebih Awal dari HPL

Anisa kemudian dibawa ke bidan desa setempat agar ditangani. Tapi bidan desa, menyarankan kepada Anisa untuk pergi ke Puskesmas Pajarakan.

Keluarga Anisa mengikuti saran bidan. Mereka membawa Anisa ke puskesmas dengan mengendarai sepeda motor.

Sarito mengatakan sesampai di puskesmas, Anisa menjalani swab dan kemudian disuruh pulang lagi dengan alasan tidak membawa buku kesehatan ibu dan anak. Mereka pun pulang.

Sampai di rumah, Anisa masih merasa sakit perut seperti ingin melahirkan.

Tak ingin terlambat, Sarito segera membawa kembali istrinya ke Puskesmas Pajarakan dengan membawa buku kesehatan ibu dan anak.

Baca Juga: Perempuan Ini Alami Ketiak Bengkak Usai Melahirkan, Ternyata Isinya ASI

Tak lama setelah sampai di puskemas, Anisa disarankan untuk dibawa pulang lagi.

“Kira-kira saya sama istri jam dua siang kembali lagi ke sana (Puskesmas Pajarakan, red) karena ini (istri) sudah mules-mules,” ujar Sarito, Sabtu (5/2/2022).

Mereka hanya bisa patuh pada saran petugas. Pulang lagi.

Sampai di rumah, Anisa mengalami pendarahan.

Kali ini, Sarito panik. Dia buru-buru pergi ke puskesmas untuk melaporkan keadaan istrinya kepada petugas bernama Hotim.

Petugas meminta Sarito membawa Anisa ke puskesmas. “Saya mau bawa istri kembali ke sana (puskesmas) tidak ada mobil,” katanya.

Sarito panik luar biasa. Dia menghubungi bidan desa setempat dan disarankan untuk kembali ke rumah sambil menunggu bidan datang bersama mobil ambulans.

Tapi, kata Sarito, mobil ambulans dan petugas tak kunjung datang. Anisa pun melahirkan di kamar rumah. Bayi yang dilahirkan Anisa meninggal karena tidak ada penanganan medis, kata Sarito.

Tak lama kemudian, bidan desa sebelah datang ke rumah Sarito.

Bayi yang sudah meninggal dunia serta Anisa dibawa ke Puskesmas Pajarakan menggunakan mobil siaga desa.

 “Anak saya yang meninggal itu dibawa lagi ke sini (untuk dimakamkan), terus istri saya dirawat di sana (puskesmas) satu malam,” kata Sarito.

Sarito tak bisa berbuat banyak selain berharap pengalamannya tidak terjadi pada orang lain.

“Ya gimana ya mas, yang namanya meninggal kayak gini, penanganan medis kurang, takutnya ada korban lagi. Masalahnya saya sudah bolak balik ke sana (Puskesmas Pajarkan dan bidan Desa Karangbong), bukan cuma satu kali bolak-balik,” kata dia.

Merespons kejadian itu, Kepala Puskesmas Pajarakan Maulida Rahmani mengatakan ketika petugas dua kali berturut-turut meminta pasien dibawa pulang karena saat dilakukan pemeriksaan, pasien tidak menunjukkan tanda-tanda pembukaan lahir.

“Kami sudah lakukan pemeriksaan, cuma karena belum inpartu, diperbolehkan untuk pulang,” kata Maulida.

Menurut Maulida kelahiran bayi sebelum waktunya dimungkinkan karena mengalami masalah dalam kandungan. Apalagi, kata dia, pasien mengakui tiga hari sebelum melahirkan selalu batuk-batuk dan flu.

Maulida mengatakan kemungkinan flu itu yang membuat rangsangan kepada bayi untuk dilahirkan sebelum waktunya.

Masalah kesehatan itu, kata Maulida, awalnya tidak disampaikan pasien.

Maulida mengatakan pada Sabtu (5/2/2022), pagi, petugas puskesmas melakukan kunjungan bersama bidan desa untuk memastikan kesehatan Anisa. [Beritajatim]

Load More