SuaraSurakarta.id - Sumarno Benoputro (48) alias Abu Akas merupakan salah satu eks narapida terorisme (napiter).
Sumarno adalah napiter yang terlibat dalam pelemparan bom molotov di Taman Candi Resto Solobaru, Sukoharjo pada 2016 lalu.
Setelah bebas bersyarat dari Lapas Sukabumi, Jawa Barat pada 2019, Sumarno membuka bisnis kuliner gado-gado dan Soto di daerah asalnya, Pedan, Klaten.
"Saya buka bisnis kuliner enam bulan atau satu setelah setelah bebas. Waktu-waktu baru bisa move on lagi," ujar Sumarno saat ditemui dalam acara Sosialisasi Yayasan dan Peran Pemkot Solo terhadap Mitra Gema Salam di Rumah Dinas Wali Kota Solo Loji Gandrung, Rabu (29/12/2021).
Ia masuk penjara setelah tertangkap pada 2016 akhir dan keluar penjara pada 2019. Usai bebas, banyak masyarakat yang tidak mau bertemu atau menghindari.
"Sekarang di lingkungan masyarakat, alhamdulillah lancar. Awal-awal itu masyarakat banyak yang menghindar dan itu wajar, kita sering ada pendamping dari Bapas," katanya.
Usaha kuliner yang dibukanya hingga saat ini terus berkembang. Banyak masyarakat yang suka dengan gado-gado dan soto.
"Alhamdulillah lancar hingga saat ini. Sebelum terlibat jaringan teroris sudah punya usaha mebel, setelah masuk penjara kolaps karena tidak yang mengatur," papar dia.
Sumarno menceritakan, awal-awal masuk jaringan terorisme itu karena korban media sosial (medsos). Di mana selalu membuka berita tentang ISIS, lama-lama bergabung dan dibaiat.
Baca Juga: Densus 88 Polri Tangkap 370 Tersangka Teroris pada Tahun 2021
"Saya termasuk jaringannya ISIS, berita-berita tengang ISIS itu saya telan mentah-mentah. Bisa dikatakan korban medsos, dulu kan yang namanya hoax tidak tahu," jelasnya.
Setelah masuk ke suatu jaringan, pasti dibaiat. Kemudian diminta untuk melakukan kegiatan negatif.
"Alhamdulillah, sekarang sudah kembali. Karena kita tidak selektif dalam membuka medsos," sambung dia.
Menurutnya, selama ini yang menjadi kendala dan kurang paham itu soal birokrasi. Tapi adanya Yayasan Gema Salam ini sangat terbantu, karena bisa difasilitasi untuk dipermudah.
"Kita juga dibantu untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Alhamdulillah, saya dapat dan buat usaha kuliner," ucapnya.
Sementara itu Yayasan Gema Salam, Awod mengatakan ada 35 mitra Yayasan Gema Salam atau eks napiter yang hadir. Pertemuan ini dilakukan agar mereka sadar akan hukum, karena Indonesia itu adalah negara hukum.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Gibran Absen di Reshuffle Kabinet Prabowo, Jokowi: Itu Hak Penuh Presiden!
-
Sinyal Politik 2029: Jokowi Tegaskan Perintahkan Dukung Prabowo-Gibran Dua Periode ke Relawan
-
Granat Ditemukan Ditumpukan Rongsok, Akan Dicek di Mako Brimob Boyolali
-
Warga Mojosongo Temukan Granat saat Pilah Tumpukan Rongsok
-
Komisi X DPR RI Sarankan Erick Thohir Agar Segera Mundur dari Ketua Umum PSSI