SuaraSurakarta.id - Imbas varian Omcron membuat masyarakat dunia khawatir. Tak hanya dengan masalah kesehatan, ekonomi seperti pembelian saham menjadi melemah.
Saham-saham Asia naik tipis pada perdagangan Selasa (7/12/2021), di tengah berkurangnya kekhawatiran tentang dampak varian Omicron, sementara pasar China menguat setelah bank sentral negara itu melonggarkan kebijakan moneternya.
Indeks acuan MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 0,6 persen setelah turun pada Senin (6/12/2021) ke level terendah dalam satu tahun.
Indeks acuan telah kehilangan 6,0 persen sepanjang tahun ini, dengan pasar Hong Kong termasuk di antara penderita kerugian terbesar, sementara saham India dan Taiwan berkinerja lebih baik.
Baca Juga: Bisnis Agen Perjalanan di Inggris Dihantam Varian Omicron
Pada Selasa pagi, indeks S&P/ASX200 Australia naik 0,5 persen, sementara indeks Nikkei Jepang menguat 1,1 persen karena sentimen pengambilan risiko mendorong saham-saham AS lebih tinggi.
Indeks saham unggulan CSI300 China terkerek 0,7 persen dan Indeks Hang Seng Hong Kong (HSI) melonjak 1,3 persen karena bank sentral membebaskan likuiditas 188 miliar dolar AS melalui pelonggaran kebijakannya.
Bank sentral China (People's Bank of China) mengatakan pada Senin (6/12/2021) akan memotong jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan, langkah sama kedua tahun ini, melepaskan dana dalam likuiditas jangka panjang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu, yang melakukan rebound mengesankan dari kemerosotan pandemi tahun lalu, telah kehilangan momentum dalam beberapa bulan terakhir karena bergulat dengan sektor manufaktur yang melambat, masalah utang di pasar properti dan wabah COVID-19 yang terus-menerus.
Langkah Senin (6/12/2021) bertindak sebagai "pelindung yang nyaman, jika bukan kebetulan, untuk gagal bayar utang Evergrande yang menjulang," Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank, mengatakan dalam sebuah catatan.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Kasus Varian Omicron di India Melonjak
Saham pengembang yang diperangi Evergrande melonjak 7,0 persen setelah mencapai rekor terendah pada Senin (6/12/2021) karena pasar menunggu kapan raksasa real estat itu membayar kupon 82,5 juta dolar AS dengan masa tenggang 30 hari yang akan segera berakhir.
Di tempat lain, pasar didukung oleh kenaikan di Wall Street, di mana saham-saham yang sensitif secara ekonomi berkinerja lebih baik.
"Sementara ahli epidemiologi telah memperingatkan dengan tepat terhadap kesimpulan prematur tentang Omicron, pasar bisa dibilang menduga bahwa aksi jual brutal minggu lalu seharusnya lebih ringan," kata Varathan dari Mizuho Bank.
"Bagaimanapun, penilaian awal kasus Omicron telah dinyatakan ringan, mendorong bantuan setengah penuh."
Omicron telah menyebar ke sekitar sepertiga negara bagian AS, tetapi versi Delta menyumbang sebagian besar infeksi COVID-19 di Amerika Serikat, kata pejabat kesehatan, Minggu (5/12/2021).
Dr. Anthony Fauci, pejabat tinggi penyakit menular AS, mengatakan kepada CNN bahwa Omicron tidak memiliki "tingkat keparahan yang hebat."
Saham di Wall Street ditutup di zona hijau ketika saham-saham yang dipersepsikan murah (value stocks) dipimpin oleh saham bank dan energi, naik 1,5 persen dibandingkan dengan kenaikan 0,9 persen pada saham-saham pertumbuhan.
Sentimen risk-on juga membantu dolar menguat terhadap mata uang safe haven seperti yen Jepang, yang kehilangan 0,6 persen semalam, sementara dolar Australia yang ramah risiko juga menemukan pembeli.
Juga mendukung dolar adalah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempercepat pengurangan program pembelian obligasi mereka ketika mereka bertemu minggu depan dalam menanggapi pengetatan pasar tenaga kerja. Mereka juga cenderung menaikkan suku bunga lebih awal dari yang diproyeksikan untuk menjaga inflasi tetap rendah.
Harga minyak juga lebih tinggi, mengkonsolidasikan rebound hampir 5,0 persen sehari sebelumnya karena kekhawatiran tentang dampak varian Omicron pada permintaan bahan bakar global mereda.
Minyak mentah berjangka Brent naik 0,6 persen menjadi diperdagangkan di 73,5 dolar AS per barel, setelah menetap 4,6 persen lebih tinggi pada Senin (6/12/2021).
Harga emas stabil di 1.779,5 dolar AS per ounce di tengah ekspektasi data harga konsumen AS yang akan dirilis akhir pekan ini akan menunjukkan percepatan inflasi.
[ANTARA]
Berita Terkait
-
Alert! Kasus Covid-19 Indonesia Naik Lagi, Vaksin Masih Gratis?
-
7 Gejala Omicron Kraken, Paling Cepat Menular Dibanding Varian Lain
-
6 Gejala Omicron BF.7 yang Banyak Dikeluhkan, Varian Sudah Masuk Indonesia!
-
Covid-19 Subvarian Omicron BN.1 Masuk Jakarta, 24 Orang Sudah Terpapar
-
Omicron XBB Merebak, Kemenkes Minta Seluruh Provinsi di Indonesia Batasi Izin Konser
Tag
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
Profil CV Sentosa Seal Surabaya, Pabrik Diduga Tahan Ijazah Karyawan Hingga Resign
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Diwarnai Parade Gol Indah, Borneo FC Tahan Persib Bandung
Terkini
-
Hadapi Gugatan Mobil Esemka, Jokowi Tunjuk YB Irpan Sebagai Pengacara
-
Isu Judi Online Terpa Orang Dekat Prabowo Subianto, Ini Reaksi Relawan di Solo
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
-
Polemik Ijazah Palsu: Jokowi Buktikan dengan Hukum dan Data UGM
-
Sudah Tunjuk Pengacara, Jokowi Siap Lawan Soal Gugatan Mobil Esemka