Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Minggu, 05 September 2021 | 15:29 WIB
Deni Hermawati (kiri) dan rekan seni pesinden lainnya saat tampil dalam Youtube official Mboke Gudel. [dok pribadi]

SuaraSurakarta.id - Masa penerapan kebijakan PPKM yang saat ini masih dilangsungkan oleh pemerintah menjadi pukulan bagi para pekerja seni.

Termasuk para pesinden yang secara otomatis sepi dari job alias tanggapan mengingat kegiatan hiburan yang mengundang banyak massa mash dilarang.

Namun demikian, para pesinden di Soloraya tak mau berhenti berinovasi hingga akhirnya melakukan pertunjukan seni melalui virtual.

Salah satunya Deni Hermawati, pesinden asal Kabupaten Karangannyar yang saat ini terus melakukan pertunjukan seni budaya sebagai pesinden dengan cara virtual melalui akun Youtube.

Baca Juga: Bali Siapkan Aturan Buka Mal saat Level PPKM Turun

"Iya mas. Ini kita ganti pertunjukannya melalui virtual. Karena memang sepi tanggapan karena PPKM masih belum ada tanggapan," ungkap Deni saat berbincang dengan Suarasurakarta.id.

Menurut Deni panggilan karipnya, lebih dari setahun dirinya tak ada tanggapan. Terlebih pemerintah memberlakukan kebijakan PPKM Jawa-Bali berlanjut ke PPM Level.

"Awalnya saya juga bingung mau kerja apa di mana. Sementara untuk menyambung hidup akhirnya saya jual kosmetik via medsos," tuturnya.

Dia memaparkan, ide untuk menggelar pertunjukan seni secara virtual justru tercetus saat kebijakan PPKM.

Meski demikian, Deni mengakui jika pemasukkan dari pertunjukan virtual dengan saat sebelum pandemi terpaut cukup jauh.

Baca Juga: Rumah Tipe MBR Paling Diburu Konsumen Saat Pandemi

Sebelum pandemi, setiap bulannya dia dan rekan seni sindennya bisa tampil 10 kali lebih.

"Wuaaa lha kalau sebe  lum pandemi ini berlangsung, dulu sampai 25 hingga 30 kali setiap bulan mas. Sekarang sama sekali tidak ada," kata dia.


Sementara mengenai pertunjukan via virtual tersebut, Deni menambahkan setiap tampilnya mendapatkan Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu.

"Ya terhantung saweran dapetnya berapa setiap kali pertunjukan virtual. Terus nanti kita bagi dari karawitan, organ, sound system, lighting dan pendukung lainnya. Biasanya sebulan bisa sampai tiga kali pertunjukan," ungkapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ibu tiga anak tersebu rela bekerja serabutan. Wanita yang pernah mengenyam pendidikan di SMK Negeri 8 Surakarta ini juga masih bingung harus berbuat apa situasi seperti ini karena akses hiburan dilarang tampil.

"Semua akses hiburan kan enggak bisa tampil kan mas. Kecuali kalau hanya pertunjukan wayang dan karawitan yang enggak boleh, nah kita inovasinya bisa tampil hiburan lainnya. Seperti menjadi mc atau hiburan lainnya gitu," paparnya

Meski demikian, Deni dan rekan seprofesinya terus berharap pandemi dan PPKM segera berakhir, hingga dirinya bisa tampil ramai seperti sebelumnya.

"Semoga segera berakhir PPKM nya, namun kita tetap harus prokes. Menjaga kesehatan menambah imun," tutupnya.

Kontributor : Budi Kusumo

Load More