Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Selasa, 10 Agustus 2021 | 12:51 WIB
Warga Desa Tempel Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo saat di swab antigen untuk pengambilan bantuan terdampak PPKM. (Suara.com/Ari Welianto)

SuaraSurakarta.id - Puluhan warga di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo harus putar balik pulang dan tidak jadi mengambil bansos bantuan beras bagi yang terdampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Karena salah satu syarat pengambilan bantuan beras dari pemerintah tersebut harus diswab antigen terlebih dahulu.

Sehingga banyak masyarakat yang pulang dan merelakan bantuan beras sebesar 10 kilogram.

Masyarakat pun banyak yang kecewa dengan syarat harus diswab terlebih dahulu. Padahal bantuan tersebut sangat diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari.

Baca Juga: PPKM Resmi Diperpanjang Lagi, Ini Aturan Penutupan Jalan di Kota Solo

"Sekalinya dapat bantuan beras kudu swab dulu. Auto balik lagi," ujar salah satu warga Desa Tempel Kecamatan Gatak saat ditemui yang tidak mau disebut namanya, Selasa (10/8/2021).

Warga lain, Juni Indah mengaku takut kalau harus diswab dan pilih pulang saja.

"Takut diswab. Masak ngambil bantuan harus diswab dulu," kata dia.

Ia pun sempat tanya ke warga yang mengambil bantuan beras. Katanya cuma diswab terus disuruh ambil beras. 

"Untuk hasil kapan dan gimana tidak dikasih tahu info apa-apa," ungkap dia. 

Baca Juga: Seluruh Wilayah Kalbar PPKM Level 3, Sutarmidji: Sedikit Longgar, Tapi...

Warga lain Tuti Rochayah mengatakan harusnya tidak usah di swab. Karena tidak semua warga itu mau di swab, ada juga warga yang takut.

"Kasihan kalau warga yang tidak mau diswab. Kan bantuannya hangus, padahal ini sangat dibutuhkan dan untuk beberapa hari," sambungnya. 

Diakuinya, sebenarnya memang takut diswab tapi yakin kalau hasilnya negatif.

"Padahal saat pengambilan bantuan sosial tunai (BST) tidak swab langsung mengambil. Tapi ini kenapa ada," imbuh dia.

Sementara itu Camat Gatak, Sumi Rahayu mengatakan jika itu salah satu program testing dari pemerintah. 

Karena kalau mau mengundang warga langsung pasti pada tidak mau dan tidak bisa memenuhi target. Akhirnya dibarengkan dengan program pemberian bantuan kepada masyarakat di desa-desa atau pasar.

"Itu bukan harus diswab tapi program testing dengan rapid antigen pemerintah. Ini di semua kelurahan," terangnya.

Sumi mengatakan, sejauh ini hasil dari swab antigen tersebut cukup bagus. Ada yang satu kelurahan dengan 119 warga dan hasilnya negatif.

Ada juga di kelurahan lain yang beberapa warga hasilnya positif dan itu langsung ditangani.

"Dengan ini kita bisa menilai untuk persebarannya tinggi atau tidak. Memang masih ada warga yang takut diswab, edukasi terus kita lakukan," tandas dia.

Kontributor : Ari Welianto

Load More