Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 20 Juli 2021 | 14:30 WIB
Panitia penyembelihan hewan kurban di salah satu masjid di Sukoharjo kota melaksanakan protokol kesehatan secara ketat dengan menggunakan masker pada Selasa (20/7/2021). [Solopos.com/Istimewa/Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo]

SuaraSurakarta.id - Daging kurban di Sukoharjo ditemukan cacing di dalam jeroan hewan yang sudah disembelih. Akankah bisa dikonsumsi? 

Dilansir dari Solopos.com, pada perayaan Idul Adha ini Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo menyebar petugas pemeriksa daging kurban (post mortem) ke sejumlah tempat penyembelihan hewan kurban pada perayaan Iduladha, Selasa (20/7/2021).

Hasilnya petugas di Sukoharjo menemukan cacing hati di jeroan hewan kurban yang disembelih di sejumlah lokasi.

Petugas yang mengetahui temuan tersebut meminta kepada mesyarakat agar menguburkan agar tak menimbulkan penyakit.

Baca Juga: Awas! Terlalu Banyak Makan Daging Kurban Bisa Kena Kanker, Ini Penjelasannya

Plt. Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo Bagas Windaryatno mengatakan menyebar puluhan petugas ke masjid-masjid dan tempat penyembelihan hewan di Kabupaten Sukoharjo.

Petugas tersebut disebar di 12 kecamatan. Dari hasil pemeriksaan petugas menemukan cacing hati pada hewan kurban di beberapa lokasi penyembelihan di wilayah Sukoharjo.

“Cacing hati yang ditemukan di hewan kurban baik sapi dan kambing langsung dikubur. Ini supaya tidak menyebar penyakitnya,” kata Bagas kepada Solopos.com.

Menurutnya, jeroan yang telah terinfeksi cacing hati akan berdampak buruk pada kesehatan jika dimakan. Karenanya tidak boleh diberikan kepada masyarakat.

Prosesnya hati yang mengandung cacing hati dipisahkan dan dibuang dengan cara dikubur.

Baca Juga: Ma'ruf Amin: Esensi Idul Adha Adalah Momen Saling Berbagi Antar Sesama

Dia pun meminta kepada masyarakat agar lebih hati-hati saat memasak hewan kurban, terutama organ hati.

Sebab, berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya, masih ditemukan pada organ hati hewan kurban penyakit cacing hati. Selain itu paru paru hewan kurban yang berpenyakit pneumonia.

“Sebaiknya apabila sudah jelas ditemukan cacing, jangan dikonsumsi. Dibuang atau ditimbun. Karena meski dimasak dengan suhu tinggi tetap tidak mati,” katanya.

Apalagi, lanjut dia masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui keberadaan cacing hati di organ hewan kurban. Efek mengonsumsi cacing hati, awalnya tidak terasa apa-apa.

Namun, lambat laun bisa membuat orang tersebut pusing dan mual-mual. Biasanya cacing hati ini berasal dari pakan rumput yang tertempel cacing dan dimakan oleh sapi ataupun kambing.

Kondisi ini baru dapat diketahui ketika hewan kurban yang terinfekai cacing hati dipotong, sebab tidak bisa terlihat secara kasat mata.

Bagas tak memungkiri setiap kali momen penyembelihan hewan kurban selalu ada temuan masalah hati bercacing.

Meski demikian, jumlahnya terus mengalami penurunan setiap tahun setelah Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo bergerak cepat turun ke peternak dan pedagang dengan pemberian pengobatan cacing.

“Jadi hewan kurban yang sudah kami periksa dan diberi pengobatan kemungkinan besar sehat dan tidak bermasalah. Beda kalau itu didatangkan warga secara mendadak dan disembelih lepas dari pemantauan petugas. Kemungkinan muncul masalah cacing hati,” katanya.

Bagas menuturkan penyembelihan hewan kurban kali ini dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19. Petugas selain memantau penyembelihan hewan kurban, juga turut mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan yang diakukan panitia kurban.

Dari hasil pemantauan dengan melibatkan Satgas Covid-19, Bagas mengatakan mayoritas pelaksanaan penyembelihan hewan kurban sudah dilakukan dengan protokol kesehatan ketat.

Penyembelihan hanya dilakukan oleh panitia untuk menghindari terciptanya kerumunan. Kemudian panitia penyembelihan menggunakan masker.

Load More