Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 12 Juli 2021 | 13:40 WIB
Ilustrasi jenazah atau mayat. [Shutterstock]

SuaraSurakarta.id - Seorang tenaga medis (nakes) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Solo, Risma Dwi Anisa (25) dan putrinya meninggal setelah terpapar virus Covid-19. Risma dan putrinya meninggal setelah dilakukan perawatan di RSUD Dr Moewardi, Senin (12/7/2021) pagi.

Sekretaris PMI Solo Sumartono Hadinoto membenarkan jika nakes bagian pengambilan darah PMI Solo bernama Risma Dwi Anisa dan putrinya meninggal.

"Meninggalnya tadi pagi. Karena terpapar virus Covid-19, anaknya juga meninggal positif tapi suaminya negatif," ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (12/7/2021).

Sumartono menjelaskan, dia terpapar Covid-19 minggu lalu dalam keadaan hamil dan dirawat di RSUD Dr Moewardi. Minggu (11/7/2021) kemarin bayinya lahir tapi dalam keadaan sudah meninggal, kemudian hari ini ibunya meninggal. 

Baca Juga: RS Darurat Covid-19 Asrama Haji Dapat Donasi Susu, Dibagikan untuk Nakes dan Pasien

"Kami (PMI Solo-red) betul-betul berduka walaupun sudah menerapkan protokol kesehatan ketat. Dia tenaga kesehatan pertama PMI Solo yang meninggal karena Covid-19," ungkapnya. 

Sebenarnya, di PMI Solo ada tiga nakes yang dirawat dan dua meninggal dunia karena terpapar Covid-19. 

Untuk pertama mantan relawan PMI Solo minggu lalu juga meninggal dalam kondisi hamil. Kemudian di cesar, bayi selamat tapi ibunya meninggal dunia. 

"Yang kedua itu atas nama Risma yang meninggal hari ini. Mereka berdua terpapar Covid-19 sudah seminggu lebih, hampir 10 hari. Satu dokter masih dirawat juga di RSUD Dr Moewardi," kata dia. 

Sumartono menegaskan, sejauh ini ada sekitar 20 relawan kesehatan PMI Solo yang melakukan isolasi mandiri. Mereka menjalani isolasi mandiri di Politeknik Akbara Surakarta. 

Baca Juga: Viral Dokter Lois Owien Tak Percaya Covid: Nakes Terpapar Gegara Dicek Alat Setan

"Kampus Akbara kita lockdown mahasiswa tidak masuk karena ada yang positif. Lantai dua Akbara kita jadikan tempat isolasi mandiri," papar dia. 

Menurutnya, isolasi di Politeknik Akbara karena biar mereka mudah terpantau baik kondisi atau obat-obatan. Karena kalau mereka isolasi di rumah sangat berpotensi menularkan keluarga.

"Mereka gejalanya macam-macam, ada yang batuk, flu berat, demam hingga lemas. Jadi begitu ada yang positif kita langsung isolasi mandiri," sambungnya.

Sumartono menilai ternyata virus itu ada di mana-mana. Jadi harus betul-betul fit, anti bodi kuat dan tidak sungkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

"Kalau menurut saya kalau terlalu letih seperti nakes dan banyak yang terpapar Covid-19. Ini lah yang menjadi perhatian kita semua, saya harap semua sadar dan kedepan bisa aman," imbuh dia.

Sumartono melihat jika nakes dan relawan di PMI Solo sangat luar biasa. Mereka punya jiwa yang rela untuk membantu sesama, mereka mau bekerja sepenuh hati.

Kontributor : Ari Welianto

Load More