SuaraSurakarta.id - Kasus perusakan makam non muslim di Kota Solo menjadi perhatian banyak pihak. Peristiwa itu jika tidak segera ditangani maka akan menjadi ancaman pecahnya kerukunan umat beragama di Indonesia.
Dilansir dari Solopos.com, Pemerhati Anak, Ketua Sahabat Kapas, Dian Sasmita, menanggapi perusakan makam yang dilakukan oleh sepuluh anak-anak di Mojo, Pasar Kliwon, Solo.
Menurutnya hal itu merupakan tanggung jawab bersama. Ia mengatakan pelaku perusakan makam masih anak-anak, sesuai Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, anak kurang dari 12 tahun tidak termasuk dalam kategori Anak Berhadapan Hukum.
Lalu, umur kurang dari 14 tahun sanksinya tindakan dan tidak boleh penjara.
Baca Juga: Pelajar SD Rusak Makam Non Muslim, SETARA: Kelompok Konservatif Tengah Sasar Anak-Anak
Ia menyebut hal itu sebagai kenakalan bukan tindakan kriminalitas karena anak sebagai korban edukasi dan pengasuhan yang kurang tepat. Edukasi dan pengasuhan yang salah akan berakibat pada perilaku anak saat ini. Terkait kasus perusakan makam di Mojo Solo, anak-anak yang menjadi pelaku merupakan siswa pendidikan informal.
“Kenakalan anak dalam kasus itu perlu dilihat lebih luas. Apa penyebabnya, bagaimana pengasuhan di keluarganya, bagaimana situasi lingkungan bermain dan pertemanan anak,” imbuh Dian.
Menurutnya, penggalian informasi itu seharusnya dilakukan oleh tenaga profesional yang terlatih seperti pekerja sosial, psikolog, dan Pendamping Kemasyarakatan (PK) Balai Pemasyarakatan (Bapas). Kolaborasi tiga profesi itu diharapkan dapat memberi informasi akurat.
Hal itu dikarenakan penyelesaian kasus anak tidak hanya untuk menjawab why dan memenuhi unsur hukum saja. Namun harus dapat memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan terbaik anak. Hal itu agar perilaku serupa tidak terulang, tidak muncul dendam, tidak membuat trauma, dan minder.
“Penanganan kenakalan anak harus dilakukan oleh lintas profesi untuk mendukung upaya rehabilitasi dan reintegrasi anak secara utuh. Saya lihat dari umur anak itu sangat butuh dukungan lintas profesi. Agar tidak salah penanganan,” papar Dian.
Baca Juga: Kasus Perusakan Makam di Solo, Gibran: Kasus Diserahkan Kapolres, Sekolah Wajib Ditutup!
Dian menambahkan anak-anak itu tetap butuh rehabilitasi. Minimal untuk membantu mereka memperbaiki persepsi tentang perbuatan yang salah dan benar. Lalu, orang dewasa yang telah memberi dampak buruk ke anak wajib diberikan sanksi, bisa bentuk tindakan pelayanan sosial atau sanksi lainnya.
Berita Terkait
-
Viral Velocity di Makam, Begini Adab Ziarah Menurut UAS
-
Sarat Pesan Inspiratif, MARK NCT Debut Solo Bertema Time Travel di MV 1999
-
Wisata Jokowi, Rasa Cinta di Antara Suara Kritis Kita
-
Ada 'Wisata Jokowi' di Solo yang Sempat Bikin Wamendagri Penasaran, Apa Itu?
-
Libur Lebaran di Solo: Rekomendasi Kolam Renang Keluarga yang Asyik
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
Terkini
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
-
Polemik Ijazah Palsu: Jokowi Buktikan dengan Hukum dan Data UGM
-
Sudah Tunjuk Pengacara, Jokowi Siap Lawan Soal Gugatan Mobil Esemka
-
Pertamina Pecat Kru Mobil Tangki Buntut BBM Oplosan di SPBU Trucuk Klaten
-
BBM Oplosan Air di SPBU Trucuk Klaten: Polisi Tetapkan Satu Tersangka