SuaraSurakarta.id - Aksi tidak terpuji terjadi di Kota Solo. Sebanyak 10 pelajar sekolah dasar (SD) melakukan perusakan makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cemoro Kembang Surakarta.
Menanggapi perihal tersebut, SETARA Institute menyebut perusakan makam non muslim itu menjadi bukti adanya narasi-narasi ekstremisme di kalangan usia muda, khususnya anak-anak.
Direktur Riset SETARA Institute, Halili Hasan mengatakan bahwa kelompok-kelompok konservatif tengah menyasar anak-anak. Kalau misalkan terus dibiarkan, ia khawatir akan efek ancaman jangka panjang terhadap kehidupan damai dalam keberagaman bakal meningkat.
"Dalam konteks tersebut, SETARA Institute mendesak agar pemerintah daerah memberikan perhatian serius terhadap persoalan penetrasi kelompok-kelompok konservatif ke dalam lembaga pendidikan, mengingat otonomi daerah telah mendesentralisasi urusan pendidikan, khususnya tingkat dasar dan menengah, kepada pemerintah daerah," kata Halili dalam keterangan tertulisnya, Selasa (22/6/2021).
SETARA Institute sempat menyampaikan apresiasinya atas ketegasan yang ditunjukkan Walikota dan Forkompimda Solo dengan langsung menutup lembaga pendidikan, tempat anak-anak tersebut menerima narasi-narasi intoleransi.
Akan tetapi, langkah itu dinilainya tidak cukup. Sebab, menurutnya pemerintah setempat harus mengambil langkah yang lebih komprehensif dengan memetakan dan menangani secara presisi diseminasi narasi-narasi intoleransi dan radikalisasi melalui lembaga-lembaga pendidikan, dalam kerangka demokrasi dan negara hukum.
SETARA Institute juga mendesak pemerintah pusat khususnya Kemdikbud-Ristek, Kemenag dan Kemendagri untuk tidak mengabaikan masuknya gerakan-gerakan anti kebinekaan ke lembaga dan lingkungan pendidikan formal dan informal.
Kasus perusakan 12 makam yang mayoritas kuburan nasrani di kompleks permakaman umum Cemoro Kembar, Mojo, Pasar Kliwon, Solo, mengejutkan masyarakat.
Aksi tak terpuji itu diduga dilakukan oleh 10 anak-anak usia SD murid ngaji di sebuah tempat pembelajaran informal di daerah sekitar.
Baca Juga: Menguak Motif Bocah-bocah Murid Ngaji yang Rusak Makam Orang Kristen di Solo
Anak-anak adalah Korban
Sementara itu dilansir dari Suarajawatengah.id, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati mengatakan, keterlibatan anak-anak dalam perusakan makam yang terjadi di Surakarta adalah korban.
"Konteksnya anak-anak seperti itu adalah korban, anak-anak harus dipulihkan mesik dalam proses hukum harus diselidiki lebih dalam lagi terutama keterlibatan orang dewasa dalam aksi tersebut," jelasnya saat dihubungi, Selasa (22/6/2021).
Meski dalam proses hukum anak-anak tersebut dinyatakan terlibat perusakan, menurutnya anak-anak tersebut harus dikembalikan kepada orang tua melalui proses edukasi lantaran usianya masih dibawah 18 tahun.
"Anak-anak ini harus dilindungi dan tak boleh mendapatkan intimidasi," ujarnya.
Untuk itu, dia memberikan saran kepada sekolah yang menaungi anak-anak tersebut untuk mengedepankann nilai-nilai toleransi. Menurutnya, upaya toleransi merupakan aspek yang penting dalam pendidikan anak-anak.
Berita Terkait
Terpopuler
- 45 Kode Redeem FF Terbaru 8 Agustus: Klaim Pain Tendo, Diamond, dan SG2
- Eks BIN: Ada Rapat Tertutup Bahas Proklamasi Negara Riau Merdeka
- Siapa Pembuat Film Animasi Merah Putih One For All yang Tuai Kontroversi?
- Saat Kibarkan One Piece Dianggap Ancaman, Warung Madura Ini Viral Jadi 'Musuh Dunia'
- 47 Kode Redeem FF Max Terbaru 8 Agustus: Dapatkan Skin Itachi dan Parafal
Pilihan
-
Jelang HUT RI! Emiten Tekstil RI Deklarasi Angkat Bendera Putih dengan Tutup Pabrik
-
Update Pemain Abroad: Nathan Tjoe-A-On Debut Pahit, Eliano Menang, Mees Hilgers Hilang
-
Pilih Nomor 21, Jay Idzes Ikuti Jejak Pemain Gagal Liverpool di Sassuolo
-
Christian Adinata Juara Thailand International Series 2025: Comeback Epik Sang Tunggal Putra
-
PSG Tendang Gianluigi Donnarumma, Manchester United Siap Tangkap
Terkini
-
Tim Sparta Polresta Solo Tangkap 4 Preman Modus Debt Collector
-
Patroli Malam Polsek Kartasura Sasar Knalpot Brong, 15 Kendaraan Diamankan
-
Dahlan Iskan Dorong Ketua Umum PWI Hasil Kongres Persatuan Sosok Netral
-
Bikin Geregetan, Ini Momen Lomba Tarik Mobil Derek di Solo
-
School Creative Hub 2025: Gojek dan Gen Z Gaungkan Kreativitas, Gaya Hidup Non-Tunai