Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Selasa, 20 April 2021 | 14:03 WIB
Masjid Darussalam di Dusun Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Masjid Darussalam merupakan salah satu masjid tertua di wilayah Sukoharjo bahkan Soloraya. Masjid yang berada di Dusun Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo diperkirakan dibangun abad ke-14 atau masa awal-awal Walisanga menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Konon, masjid ini pernah menjadi markas atau tempat persembunyian Pangeran Diponegoro untuk mengatur strategi untuk melawan Belanda. Sebagai buktinya terdapat sebuah sumur di dengan nama Kyai Pleret untuk menyimpan peralatan perang. 

"Masjid Darussalam ini bahkan bukan tertua di Sukoharjo tapi Soloraya. Diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Majapahit, saya punya batu bata khas zaman itu," ujar tokoh masyarakat Kedunggudel, Sehono saat ditemui SuaraSurakarta.id, Selasa (20/4/2021).

Masjid Darussalam ini terdapat tiga bagian, yakni ruang utama, serambi, dan keputren. Pada bagian dalam masjid khususnya ruang utama terdapat mimbar peninggalan Keraton Kasunanan Surakarta. 

Baca Juga: Tak Terima Keluarganya Diganggu, Pria Ini Setrum Mantan Pacar Istrinya

Mimbar tersebut dengan ornamen bunga Wijaya Kusuma yang merupakan ornamen khas Majapahit. Bunga Wijaya Kusuma merupakan bunga yang bisa dipakai untuk pengobatan.

"Lalu ada juga tasbih berukuran cukup besar dengan panjang sekitar tiga meter. Ada 20 tiang panjang masjid yang terbuat dari kayu utuh yang berusia ratusan tahun," paparnya.

Meski sudah berusia ratusan tahun tapi Masjid Darussalam masih berdiri kokoh dan bentuknya masih asli. Masjid ini sudah mengalami tiga renovasi, renovasi terakhir itu pada 1837. 

"Ini sudah tiga renovasi, terakhir di renovasi pada 1837 dan hingga sekarang masih kokoh. Saya belum nemu referensi bentuk bangunan masjid sebelum 1837," sambung dia.

Tempat Persembunyian Pangeran Diponegoro

Baca Juga: Viral Bunga Tabur di Makam Hilang Bikin Geger, Warganet Ikut Geram

Masjid Darussalam pernah menjadi saksi perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda. Di masjid itu Pangeran Diponegoro bersembunyi dan untuk mengatur strategi perang melawan penjajah. 

"Dulu sebelum 1837 masjid ini dibuat untuk membentuk strategi perang Pangeran Diponegoro, tempat bertemunya Pangeran Diponegoro dengan PB VI. Terakhir untuk melindungi gerilyawan-gerilyawan pada 1949," ungkapnya.

Ada beberapa bukti identik Pangeran Diponegoro pernah di sini, seperti terdapat sumur Kyai Pleret yang konon sebagai penyimpanan peralatan perang dari Keraton Kasunanan Surakarta. Lalu ada makam-makam pengikut Pangeran Diponegoro di sebelah barat, seperti Tumenggung Tarumanegoro dan Pangeran Slarong.

Pada masa agresi Belanda kedua, kampung Kedunggudel khususnya Masjid Darussalam ini dibom oleh Belanda. Ceritanya itu Belanda mau masuk ke Kedunggudel itu susah dan bingung, akhirnya dari Sukoharjo dijatuhi bom sebanyak 21 buah.

Anehnya, meski dibom sebanyak 21 tidak ada yang meletus walaupun bomnya sudah mendarat di Kedunggudel. "Kalau sekali dua kali dibom mungkin kebetulan tapi ini sebanyak 21 kali. Kena dan sudah mendarat tapi tidak meletus," tegas dia.

Bahkan sebelumnya pernah dibakar pada zaman perang Amangkurat 1 atau 2 yang kemudian dibangun lagi. 

"Dulu di sini juga pernah menjadi tempat Muktamar Muhammadiyah yang waktu namanya masih kongres sekitar tahun 1923," sambungnya.

Untuk perawatan masjid selalu dilakukan oleh warga sekitar secara rutin. Bahkan setiap minggunya warga ramai-ramai melakukan perawatan.

"Biasanya itu malam jumat warga ramai-ramai membersihkan dan melakukan perawatan. Banyak jamaah yang datang ke sini melihat masjid dan ziarah di makam pengikut Pangeran Diponegoro," tandas dia. 

Kontributor : Ari Welianto

Load More