Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 19 April 2021 | 15:53 WIB
Umbi porang milik Supriyanto, warga Desa Ngambarsari, Kecamatan Karangtengah, Wonogiri yang mempunyai berat 13,4 kilogram. (Solopos/Istimewa)

Adapun jenis bibit yang digunakan, lanjut Supriyanto, berasal dari kataksuper [umbi yang terletak di bagian tengah daun]. Harga satu kilogram bibit katak super sebesar Rp300.000. Sementara itu naungan pohon untuk menahan sinar matahari sekitar 50-55 persen.

"Perawatan harus intensif, kalau di lahan saya itu rumput atau gulma sampai tidak pernah ada. Jadi harus terawat terus. Kalau gulma banyak dan tinggi, perkembangannya tidak bagus, umbinya kurang baik. Bagus tidak hasil porang itu tergantung perawatan. Sepertinya gampang tapi tergantung ketelatenan petani," ujar dia.

Selain itu, kata dia, pemberian pupuk harus diperhatikan. Selama dua musim itu ada pemberian pupuk dilakukan empat kali. Pada musim pertama diberi satu kali pupuk kompos dan pupuk kimia. Pada musim kedua, pemberian pupuk masing-masing satu kali juga.

"Saya optimis berat umbi lainnya di lahan khusus itu rata-rata mempunyai berat sepuluh kilogram. Mungkin ada yang 11-12 kilogram ada yang delapan atau sembilan kilogram," kata Supriyanto.

Baca Juga: Kisah Sutini, Puluhan Tahun Tinggal di Rumah Batu di Genengharjo

Load More