Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 19 April 2021 | 14:50 WIB
Pasar Gede di Kota Surakarta sempat ditutup, lantaran 11 pedagang terkonfirmasi postif Covid-19. [Antara]

SuaraSurakarta.id - Kasus Covid-19 di Kota Solo pada awal bulan ramadan meningkat meski tidak besar. Ini merupakan hasil tracing dan mungkin juga tertular dari warga yang terjangkit kasus sebelumnya.

"Beberapa hari terakhir ini panen terus. Trennya naik meskipun tidak besar, katakan lah yang positif lebih banyak dari yang negatif," terang Ketua Gugus Tugas Covid-19 Kota Solo, Ahyani saat ditemui usai rapat koordinasi Penanganan Covid-19, Senin (19/4/2021). 

Meski jumlah kenaikannya tidak besar, tapi ini harus diantisipasi jangan sampai bertambah lagi. Karena penularan wabah virus Covid-19 ini seperti MLM, satu menulari lima orang bahkan bisa lebih.

"Itu dari warga, karena sekarang ini klasternya keluarga. Bisa saja keluarga dalam kota, mungkin juga kunjungan keluarga atau berkunjung ke keluarga lain. Bisa juga berkontak dengan komunitas lain, karena sekarang interaksinya sudah tidak karuan, sekarang di jalan, di tempat umum sudah banyak yang abai," paparnya.

Baca Juga: Angel Lelga Pindah Agama, Orangtua Belum Terima Anaknya Peluk Islam

Mulai ada kenaikan, lanjut dia, sudah seminggu ini. Namun kenaikan ini bukan dampak bulan ramadan, karena dari penularannya itu ada masa inkubasinya.

"Kalau bulan ramadan belum ada temuan, biasanya itu menunggu dua minggu," katanya.

Adanya kenaikan ini upaya untuk mengantisipasi penyebaran terus dilakukan. Upaya pengetatan diantaranya untuk mengantisipasi pemudik dan menyiapkan tempat isolasi terutama pendatang dari luar kota.

"Yang isolasi itu ya pemudik atau pendatang, bisa diisolasi di STP atau di hotel tapi bayar sendiri selama lima hari. Kalau Donohudan itu khusus yang positif," ungkap dia.

Ahyani menegaskan, untuk teknis penjemputan akan mengefektifkan jonggo tonggo yang akan melaporkan selain mendata yang positif juga memonitor mobilisasi penduduk.

Baca Juga: Pasien Diabetes Boleh Puasa, Tapi Perhatikan Batas Gula Darah Berikut!

"Jadi ada penduduk yang datang dan pergi akan termonitor," imbuhnya.

Prokes Diabaikan

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Solo, Siti Wahyuningsih mengatakan jika penyebab penambahan kasus Covid-19 mungkin dipengaruhi beberapa sebab. Masyarakat itu protokol kesehatan (prokes) masih sering diabaikan, apalagi kemarin juga habis libur Jumat, Sabtu, dan Minggu. 

"Ini yang saya harus hati-hati juga, mudik lebaran ini loh. Kan banyak OTG sekarang ini dan orang itu gini, kalau PCRnya positif baru merasa positif tapi kalau rapid antigennya positif rumangsane ora opo-opo, padahal kalau rapid antigen positif ya itu positif, risiko menular," ujar dia.

Menurutnya, yang bahaya itu orang OTG. Jadi rapid antigennya positif ya itu positif dan potensi menularkan, kalau rapid antigen positif terus masu di PCR hasilnya positif. 

"Faktor libur tiga hari pengaruh sekali, ini kelihatannya begitu ada pergerakan. Makanya saya dengan adanya kerumunan tanggung jawab kita bersama, seperti buka bersama terus mohon maaf, ini kan potensi, terawih bareng," ungkapnya.

Ning menambahkan, makanya protokol kesehatan benar-benar harus diterapkan. Ini tanggung jawab semuanya untuk melindungi diri  sendiri dan melindungi orang lain. 

Adanya kelonggaran juga bisa menjadi faktor peningkatan Covid-19. Jadi intinya begini, covid dikendalikan dan ekonomi harus dijalankan tapi harus jalan bareng-bareng. 

"Jadi ekonomi jalannya jangan langsung wah gitu, tapi kalau dibuka patuhi protokol kesehatan. Kalau nanti protokol kesehatan tidak bagus dan kasusnya meningkat siapa yang rugi, ekonomi ya enggak bangkit lagi," tandas dia.

Sesuai data dua hari terakhir ini ada 17 kasus. Pada, Sabtu (17/4/2021) ada 10.255 kasus dengan rincian 9.528 orang pulang, isolasi mandiri 168 orang, dan 499 orang.

Sementara pada Minggu (18/4/2021) secara komulatif terdapat 10.272 kasus dengan 9.544 sembuh, 173 isolasi mandiri, 54 rawat inap, dan 501 meninggal. 

Kontributor : Ari Welianto

Load More