SuaraSurakarta.id - Kasus Covid-19 di Kota Solo pada awal bulan ramadan meningkat meski tidak besar. Ini merupakan hasil tracing dan mungkin juga tertular dari warga yang terjangkit kasus sebelumnya.
"Beberapa hari terakhir ini panen terus. Trennya naik meskipun tidak besar, katakan lah yang positif lebih banyak dari yang negatif," terang Ketua Gugus Tugas Covid-19 Kota Solo, Ahyani saat ditemui usai rapat koordinasi Penanganan Covid-19, Senin (19/4/2021).
Meski jumlah kenaikannya tidak besar, tapi ini harus diantisipasi jangan sampai bertambah lagi. Karena penularan wabah virus Covid-19 ini seperti MLM, satu menulari lima orang bahkan bisa lebih.
"Itu dari warga, karena sekarang ini klasternya keluarga. Bisa saja keluarga dalam kota, mungkin juga kunjungan keluarga atau berkunjung ke keluarga lain. Bisa juga berkontak dengan komunitas lain, karena sekarang interaksinya sudah tidak karuan, sekarang di jalan, di tempat umum sudah banyak yang abai," paparnya.
Mulai ada kenaikan, lanjut dia, sudah seminggu ini. Namun kenaikan ini bukan dampak bulan ramadan, karena dari penularannya itu ada masa inkubasinya.
"Kalau bulan ramadan belum ada temuan, biasanya itu menunggu dua minggu," katanya.
Adanya kenaikan ini upaya untuk mengantisipasi penyebaran terus dilakukan. Upaya pengetatan diantaranya untuk mengantisipasi pemudik dan menyiapkan tempat isolasi terutama pendatang dari luar kota.
"Yang isolasi itu ya pemudik atau pendatang, bisa diisolasi di STP atau di hotel tapi bayar sendiri selama lima hari. Kalau Donohudan itu khusus yang positif," ungkap dia.
Ahyani menegaskan, untuk teknis penjemputan akan mengefektifkan jonggo tonggo yang akan melaporkan selain mendata yang positif juga memonitor mobilisasi penduduk.
Baca Juga: Angel Lelga Pindah Agama, Orangtua Belum Terima Anaknya Peluk Islam
"Jadi ada penduduk yang datang dan pergi akan termonitor," imbuhnya.
Prokes Diabaikan
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Solo, Siti Wahyuningsih mengatakan jika penyebab penambahan kasus Covid-19 mungkin dipengaruhi beberapa sebab. Masyarakat itu protokol kesehatan (prokes) masih sering diabaikan, apalagi kemarin juga habis libur Jumat, Sabtu, dan Minggu.
"Ini yang saya harus hati-hati juga, mudik lebaran ini loh. Kan banyak OTG sekarang ini dan orang itu gini, kalau PCRnya positif baru merasa positif tapi kalau rapid antigennya positif rumangsane ora opo-opo, padahal kalau rapid antigen positif ya itu positif, risiko menular," ujar dia.
Menurutnya, yang bahaya itu orang OTG. Jadi rapid antigennya positif ya itu positif dan potensi menularkan, kalau rapid antigen positif terus masu di PCR hasilnya positif.
"Faktor libur tiga hari pengaruh sekali, ini kelihatannya begitu ada pergerakan. Makanya saya dengan adanya kerumunan tanggung jawab kita bersama, seperti buka bersama terus mohon maaf, ini kan potensi, terawih bareng," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Gaya PB XIV Hangabehi di Acara 40 Hari Wafatnya PB XIII Jadi Sorotan, Serba Hitam
-
PB XIV Hangabehi Hadiri Acara 40 Hari Meninggalnya PB XIII, Ini Alasan LDA Gelar Acara Siang Hari
-
6 Mesin Cuci LG Terbaik di Promo 12.12 2025
-
5 Fakta Dibalik Latihan Tari Bedhaya Ketawang di Keraton Surakarta Saat Masa Berkabung
-
7 Fakta Pelantikan 50 Abdi Dalem Keraton Solo, Diisi Pejabat hingga Tokoh Nasional