Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 05 Maret 2021 | 15:57 WIB
Alfian Fahrul Nabilia disuapi orang tuanya setelah kedua tangannya diamputasi akibat kecelakaan saat melakukan (PKL) tahun lalu. [Suara.com/dok]

SuaraSurakarta.id - Alfian Fahrul Nabilia (18), Warga Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, kini hanya bisa menanti uluran tangan orang lain.

Donasi untuk mendapatkan tangan palsu atau tangan robotik agar bisa melanjutkan sekolahnya kelak dan membantu orang tuanya.

"Beli tangan palsu itu kan keingininan saya agar bisa bermandiri mas, agar tidak menyusahkan orang tua lagi," ungkap Alfian, Jumat (5/3/2021).

Ia juga menjelaskan, bahwa selama ini, dia selalu dibantu kedua orang tuanya Wagimin dan Tri Ismani, saat beraktivitas dari makan hingga mandi, serta lainnya.

Baca Juga: Heboh! Banyak Orang Kembar di Desa Jonggrangan

Berkeinginan membeli tangan robotik ini ,juga salah satu keniatannya untuk bisa melanjutkannya kembali sekolah ke tingkat perguruan tinggi yang ia inginkan.

"Saya berencana akan melakukan tahap seleksi di dua perguruan tinggi, yaitu Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Diponegoro ( Undip)  Semarang," ujarnya.

Untuk itu, Alfian terus mengobarkan semangatnya kembali agar bisa membeli tangan robotik tersebut melalui donasi yang sedang digalakkan oleh kakak dan temannya Fathiya, agar bisa melanjutkan kembali keinginnnya bersekolah.

"Saat ini saya terus belajar bermandiri, menggunakan kedua kaki saya melalui jari jari, dan sedikit sudah bisa mengetik menggunakan handphone," tuturnya.

Alfian juga menambahkan, bahwa sekarang ia hanya bisa beraktivitas di rumah, ditemani kedua orang tuanya yang bekerja sebagai buruh serabutan tersebut.

Baca Juga: Uniknya Desa Orang Kembar di Jonggrangan, Jangan Bingung dan Salah Sebut Ya

Sementara donasi yang ia dan kakaknya kumpulkan sampai pada saat ini adalah Rp 132 juta. Sementara itu, harga robotik mencapai Rp 400 juta.

Seperti diberitakan sebelumnya, Alfian harus mengalami derita kehilangan kedua tangannya saat melakukan praktik kerja lapangan (PKL) , memasang fasilitas wifi di suatu rumah, bersama temannya.

Kali itu ia sedang naik ke atap genting membawa pralon besi, lantaran tak kuat menahan pipa, akhirnya pipa yang ia pegang jatuh hingga menimpa aliran kabel listrik dan terjadi sengatan yang sangat kuat, hingga membuat kedua tangannya harus diamputasi.

Kontributor: Budi Kusumo

Load More