SuaraSurakarta.id - Klenteng Tien Kok Sie di Pasar Gede, Solo mulai bersolek menyambut perayaan Tahun Baru Imlek. Klenteng tertua di Indonesia itu jadi satu-satunya tempat ibadah masyarakat Tionghoa di Solo yang tetap melakukan kegiatan rutin tahunan menyambut Imlek.
Pandemi Covid-19 membuat masyarakat Tionghoa hanya akan melakukan peribadatan rutin tahunan ini di rumah masing-masing. Pertimbangannya, jika dilakukan di tempat ibadah akan menimbulkan kerumunan.
Mendekati Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 12 Februari 2021, tak ada satupun lampion yang terpasang di sepanjang Jl. Jendral Sudirman dari patung Slamet Riyadi–Pasar Gede. Tahun ini, masyarakat Tionghoa tidak akan melakukan perayaan secara besar-besaran seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
Untuk itu, satu-satunya yang tetap menggelar ibadah seperti bisa,Klenteng Tien Kok Sie mulai diperbaharui. Pantauan SuaraSurakarta.id, pihak pegelola terlihat sedang melakukan cat ulang pada dinding, ukiran-ukiran, serta beberapa sedang menyaring abu bekas oembakaran dupa.
Baca Juga: Jelang Imlek, Pedagang Pernak-pernik di Tangerang Keluhkan Sepi Pembeli
"Kegiatan menyambut Imlek itu biasanya ada yang dilakukan di luar dan di dalam atau kegiatan yang bersifat internal dan eksternal,” kata Ketua Klenteng Tien Kok Sie, Sumantri Dana Waluya, Sabtu (30/1/2021).
Sumantri memaparkan, seluruh kegiatan bersifat ritual peribadatan hanya akan dilakukan secara internal oleh pengurus klenteng.
"Kemarin umat sudah ada yang bertanya dan meminta ijin untuk melakukan ritual awal yakni membersihkan Para Suci. Namun kami beri penjelasan dan untunglah mereka bisa menerima penjelasan kami,” terangnya.
Sumantri menjelaskan, pihaknya akan melakukan seluruh rangkaian ritual peribadatan di klenteng seperti membersihkan Para Suci, ritual tolak bala Pao Un, Mandi Budha, dan Penyalaan Pelita Abadi mewakili seluruh umat.
"Pada seluruh umat, lakukan kegiatan dengan terus berpegang teguh pada protokol kesehatan. Jangan pernah meremehkan virus Covid-19," jelasnya..
Baca Juga: 50 Ucapan Imlek 2021 untuk Keluarga dan Kerabat
Sumantri menambahkan, seluruh kegiatan yang dilakukan di luar peribadatan diantaranya pemasangan 4000 lampion, Grebek Sudiro, perayaan Cap Go Gomeh dan pembagian sembako ditiadakan.
“Kita menghindari keributan yang bakal terjadi dengan umat, karena jika memaksa melakukan peribadatan seperti biasa dengan menjanjikan penerapan protokol namun dalam praktek penerapannya tidak sesuai, tentu umat akan marah,” pungkas Sumantri.
Kontributor: R Augustino
Berita Terkait
Terpopuler
- Eks Pimpinan KPK: Ustaz Khalid Basalamah Bukan Saksi Ahli, Tapi Terlibat Fakta Kuota Haji
- Jahatnya Sepak Bola Indonesia, Dua Pemain Bidikan Persija Ditikung di Menit Akhir
- 5 Rekomendasi Bedak Tahan Air dan Keringat Murah: Anti Luntur Sepanjang Hari
- Klub Impian Masa Kecil Jadi Faktor Jay Idzes Terima Pinangan Aston Villa
- 6 Mobil Bekas 7 Seater Termurah: Nyaman untuk Keluarga, Harga di Bawah Rp 70 Juta
Pilihan
-
Olahraga Padel Kena Pajak 10 Persen, Kantor Sri Mulyani Buka Suara
-
Sering Kesetrum Jadi Kemungkinan Alasan Ade Armando Dapat Jatah Komisaris PLN Nusantara Power
-
Sosok Chasandra Thenu, Selebgram Ambon Akui Dirinya Pemeran Video Viral 1,6 Menit
-
Harga Emas Antam Kembali Longsor, Kini Dibanderol Rp 1.907.000/Gram
-
Azizah Salsha, Istri Pratama Arhan Dihujat Habis-habisan Promosi Piala Presiden 2025
Terkini
-
Kapok! ASN Pemkot Solo Pelaku Pelecehan Seksual Kini Jadi Petugas Kebersihan
-
Darul Amanah FC Bertanding di Youth Tournament, Kiai Fatwa: Ini Syiar Pesantren di Sepak Bola
-
Blak-blakan! Bos PT Sritex Ungkap Alasan Ogah Simpan Uang Miliaran di Bank
-
UNS Usulkan Mahasiswi yang Bunuh Diri dari Jembatan Jurug Tetap Diwisuda, Begini Prosesnya
-
Kaget Uang Rp 2 Miliar Ikut Disita Kejagung, Petinggi PT Sritex: Itu Tabungan Pendidikan Anak