SuaraSurakarta.id - Orang yang telah sembuh dari Covid-19 atau penyintas Covid-19 akan mengembangkan antibodi yang bisa melindungi mereka dari infeksi virus corona jenis baru tersebut.
Namun pertanyaannya, berapa lama antibodi tersebut bisa bertahan?
Dijelaskan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. dr. Tjandra Aditama. Sp. P(K), antibodi pada penyintan Covid-19 akan menurun seiring berjalannya waktu.
"Beberapa negara sampai Oktober 2020, melaporkan ada orang yang sudah sembuh kemudian sakit lagi. Tapi jumlahnya, ketimbang kasus baru yang sudah belasan juta, kasus berulang ini jumlahnya kecil," katanya dalam webinar virual 'Aspek Penting Vaksinasi Covid-19', Minggu (17/1/2021).
Baca Juga: Pasien COVID-19 Tewas Ditolak 10 RS, Kadinkes Depok: Rumah Sakit Penuh
Profesor Tjandra Aditama juga menyampaikan kekebalan antibodi pada penyintas Covid-19 kemungkinan bertahan selama enam bulan. Kondisi itu bisa dialami mulai dari orang yang bergejala ringan atau bahkan asimptomatik.
Kata Profesor Aditama, hal tersebut terbukti lewat sebuah penelitian di Inggris yang dilakukan baru-baru ini.
"Jadi Inggris mengikuti orang dari bulan Juni sampai November, sampai sekarang masih. Dia mengikuti 20.787 petugas kesehtan pada bulan Juli. Kemudian sekitat 6 ribu dari petugas itu, ada antibodinya saat dilakukan pemeriksaan," paparnya.
Hingga pengamatan berakhir pada November, dari 6 ribuan tenaga medis yang memiliki antibodi Covid-19 secara alami, 44 orang di antaranya terinfeksi virus corona lagi.
"Kalau kita hitung dengan rumus efikasi, efikasinya ini lebih dari 90 persen. Jadi ini mengatakan bahwa orang terinfeksi juga cukup baik ketahanannya sampai lima bulan. Jadi sesudah lima bulan mungkin dia bisa tertular kembali," jelasnya.
Baca Juga: Tak Rawat OTG, Empat Tower di Wisma Atlet Terisi 82,73 Persen Pasien Corona
Dibandingkan dengan sejumlah vaksin Covid-19 yang telah selesai fase 3 uji klinis, menurutnya, efikasi yang dihasilkan harusnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang dihasilkan antibodi alami.
"Karena vaksin sudah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan kekebalan lebih bagus ketimbang kekebalan infeksi alamiah. Tentu saja infeksi alamiah bisa turun," ujar dokter spesialis paru tersebut.
Berita Terkait
-
Guru Besar FKUI: Makan Bergizi Gratis Baiknya Dihabiskan, Jangan Dibawa Pulang
-
Layanan Kesehatan Tak Boleh Kendor Meski Anggaran Dipangkas Prabowo, Ini 7 Usulan Guru Besar FKUI buat Kemenkes
-
Makan Bergizi Gratis Dimulai Hari Ini, Guru Besar FKUI: Dampak Gizi Terlihat Bertahun-tahun
-
Bahaya! Jadi Ancaman Nyata di Musim Hujan, Guru Besar FKUI Ungkap Cerita Cucunya Terkena DBD
-
Terobosan Pengobatan Asma PPOK, Suntikan Antibodi Benralizumab Lebih Efektif dari Steroid?
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
Pilihan
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
-
BREAKING NEWS! Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
Terkini
-
Maling Burung di Solo Kena Batunya: Kepergok di Banyuagung, Berakhir Diciduk Tim Sparta
-
Satresnarkoba Polresta Solo Sikat Kurir Sabu di Mojosongo, Barang Bukti Siap Edar Disita
-
Dijamin Ngakak! Angkat Kehidupan Kota Solo, Film Komedi 'Cocote Tonggo' Akhirnya Tayang
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
-
Kasus 'Kencing' Pertalite Terbongkar: Polres Sukoharjo Bekuk Mafia BBM Subsidi