Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Sabtu, 16 Januari 2021 | 14:26 WIB
27 Orang terkonfirmasi Positif dari Klaster Pesta Pernikahan di Karanganyar

SuaraSurakarta.id - Muncul klaster hajatan di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di Kecamatan Kerjo dan Jumantono. Total ada 27 orang terkonfirmasi positif Covid-19 akibat klaster hajatan atau pesta pernikahan tersebut.

Dinkes Kabupaten Karanganyar melaporkan, bahwa pengantin lelaki dan keluarga penyelenggara hajatan di Kecamatan Kerjo terkonfirmasi positif Covid-19. Sedangkan di Kecamatan Jumantono, sejumlah orang yang membantu memasak atau rewang pada hajatan juga terkonfirmasi positif Covid-19.

Sekretaris Dinkes Kabupaten Karanganyar, Purwati mengatakan, sejumlah 20 orang terkonfirmasi positif Covid-19 di Kecamatan Jumantono. Sedangkan di Kecamatan Kerjo ada 7 orang terkonfirmasi positif Covid-19.

“Klaster hajatan di Jumantono itu ketahuan saat satu orang yang rewang sakit dan dirawat di rumah sakit. Dicek ternyata positif Covid-19. Kami tidak tahu terpapar di mana. Lalu kami lacak kontak erat ada 25 orang. Hasilnya 20 orang terkonfirmasi positif Covid-19,” jelasnya, seperti dikutip dari Solopos.com--media jejaring Suara.com, Sabtu (16/1/2021).

Baca Juga: Wonogiri Kembali Zona Merah, Salah Satu Camat Terkonfirmasi Positif Corona

Ia menambahkan, bahwa kondisi 20 orang tersebut tidak bergejala, maka diperbolehkan menjalani isolasi mandiri.

Kasus di Kecamatan Kerjo, lanjut Purwati, petugas dari puskesmas sempat ditolak warga kontak erat.

“Yang rewang tidak mau menjalani tes swab PCR Covid-19. Beberapa orang,” ujar dia.

Ia juga mengalami kendala proses pelacakan, lantaran tamu yang datang saat hajatan jumlahnya cukup banyak. Petugas hanya bisa melacak penyelenggara hajatan, keluarga, dan orang yang membantu memasak (rewang), maupun pelayan yang terlibat di klaster hajatan ini.

“Itulah mengapa kami mengusulkan hajatan ditunda dulu. Persebarannya masif. Kalau tamu mungkin bisa menerapkan protokol kesehatan, misal pakai masker dan jaga jarak. Kalau yang rewang di belakang kan belum tentu bisa jaga jarak. Itu kan budaya masyarakat gotong royong, tetapi bahaya untuk pandemi Covid-19,” ujar dia.

Baca Juga: Setelah Divaksin, Dua Nakes di Solo Alami Pusing dan Pegal

Load More