- PB Persadia menyebut pola hidup modern menyebabkan sepuluh persen masyarakat Indonesia mengidap diabetes.
- Peningkatan obesitas, ditandai lingkar perut besar, menjadi pemicu utama penyakit diabetes yang menyerang usia muda.
- Penanganan diabetes memerlukan perubahan perilaku dan kesadaran diri masyarakat, didukung edukasi serta platform digital.
SuaraSurakarta.id - Pengurus Besar Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) menyebut pola hidup masyarakat modern memperparah kasus diabetes di Indonesia.
Ketua Umum PB Persadia Dr dr K Heri Nugroho HS SpPD, K-EMD FINASIM pada Peringatan Hari Diabetes Sedunia yang berlangsung di De Tjolomadoe, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, mengatakan berdasarkan data kesehatan nasional, sekitar 10 persen masyarakat Indonesia hidup dengan diabetes dan 20 persen lainnya telah masuk kategori obesitas.
Peningkatan angka obesitas yang menjadi pemicu awal diabetes kini mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan. Ia menilai pola hidup masyarakat modern menjadi faktor utama yang memperparah situasi.
“Diabetes terus meningkat dari tahun ke tahun. Semuanya berawal dari gaya hidup tidak sehat dan obesitas. Satu dari sepuluh orang Indonesia mengidap diabetes dan satu dari lima sudah masuk kategori obesitas. Ini situasi serius bagi kesehatan bangsa,” kata dia melansir ANTARA, Senin (1/12/2025).
Menurut dia, penumpukan lemak di area perut merupakan kondisi paling berbahaya. Ia mengatakan lingkar perut yang melebihi 90 cm pada laki-laki dan 80 cm bagi perempuan menjadi indikator utama obesitas sentral.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, dikatakannya, usia penderita diabetes kini makin muda.
“Remaja, mahasiswa, dan anak-anak sudah mulai masuk risiko diabetes karena kebiasaan kuliner, kurang olahraga, serta konsumsi makanan berlebihan,” katanya.
Ia mengatakan diabetes merupakan induk dari berbagai penyakit lain, karena jika tidak dikendalikan akan mengakibatkan komplikasi.
Beberapa penyakit yang berpotensi muncul karena diabetes, di antaranya penyakit jantung, stroke, dan gangguan ginjal kronis.
Baca Juga:Tidak Ada Pantangan Makanan Bagi Penderita Diabetes, Ini Penjelasan Dokter
Terkait hal itu, ia mengatakan angka kasus diabetes akan turun jika angka kasus obesitas juga turun. Selanjutnya, secara otomatis beban pembiayaan kesehatan juga akan berkurang.
Pada kesempatan yang sama, People & Organisation Director Novo Nordisk Indonesia Adhika Widya Sena mengatakan penanganan diabetes tidak hanya dengan pengobatan tetapi yang utama juga perubahan perilaku masyarakat.
“Banyak orang diabetes tidak merasa dirinya sakit. Oleh karena itu, edukasi penting dilakukan,” katanya.
Di sisi lain, rendahnya kesadaran masyarakat untuk memantau kondisi tubuh merupakan tantangan besar dalam pencegahan diabetes.
“Kalau obesitas terlihat, diabetes tidak selalu terlihat. Oleh karena itu, kita harus mulai dari kesadaran diri, cek berat badan, cek indeks massa tubuh, cek gula darah kalau punya risiko. Di sinilah perubahan dimulai,” katanya.
Dalam acara tersebut, pihaknya juga mengenalkan platform digital yang dapat membantu masyarakat menghitung BMI, mengukur risiko diabetes, hingga mengakses tenaga kesehatan secara daring maupun luring.