Tradisi ini ditandai dengan adanya kupat yang disiram dengan kuah santan. Sedangkan, filosofinya adalah menawi lepat, kulo nyuwun pangapunten (jika ada kesalahan, saya mohon maaf).
"Acara Sungkeman Pangabekten ini juga merupakan wujud ngabekten (menghormati) Sri Susuhunan Pakoe Boewono XIII. Biasa dikenal oleh masyarakat luas sebagai halal bi halal di lingkungan Keraton," jelasnya.
Menurutnya, acara ini memiliki nilai sejarah dalam menghormati orang tua setelah sebulan lamanya menjalankan ibadah puasa.
Diharapkan, tradisi ini dapat terus dilestarikan dan membawa manfaat bagi nilai-nilai budaya. Selain itu, acara ini juga memiliki makna simbolis sebagai perpaduan antara budaya Islam dan Jawa yang menjadi pedoman hidup di masyarakat.
Baca Juga:Lebaran Kelabu: Pohon Tumbang di Bumi Sekipan Tawangmangu, Bocah 12 Tahun Meninggal Dunia
Selain keluarga dalem Keraton Solo, kegiatan itu juga diikuti sebanyak 400 Abdi Dalem.
Urutan sungkeman diawali oleh Permaisuri Kraton Surakarta GKR Pakoe Boewono yang pertama kali melakukan sungkem kepada Sri Susuhunan.
Kemudian, Putra Mahkota menyusul, diikuti oleh para putri, adik-adik Sinuhun, dan segenap keluarga besar Keraton.
Setelah itu, dilanjutkan Sentono Dalem dan Abdi Dalem Keraton berkesempatan untuk menyampaikan pangabekti dan sungkem kepada SSISKS Pakoe Boewono XIII beserta Permaisuri, GKR Pakoe Boewono.
Sebelumnya, Keraton Solo juga menggelar HajadDalem Garebeg Pasa JE 1958, Selasa (1/4/2025) siang.
Baca Juga:Cek Pos Pam Ops Ketupat Candi, Kapolresta Solo Pastikan Pengamanan Arus Balik Lancar
Kegiatan tradisi di hari kedua Hari Raya Idul Fitri setiap tahunnya tersebut, dilaksanakan atas Dhawuh Dalem (perintah) Raja Kraton Surakarta SSISKS Paku Buwono XIII beserta Prameswari Dalem GKR Paku Buwono.