Waspada! Perubahan Iklim Bisa Tularkan Penyakit Saat Momen Mudik Lebaran, Ini Penjelasan Ahli

Perubahan iklim berisiko untuk kesehatan kerumunan mudik, ini penjelasan ahli

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 28 Maret 2024 | 04:59 WIB
Waspada! Perubahan Iklim Bisa Tularkan Penyakit Saat Momen Mudik Lebaran, Ini Penjelasan Ahli
ilustrasi mudik lebaran (freepik.com/pchvector)

SuaraSurakarta.id - Perubahan iklim sangat dirasakan di Indonesia. Fenomena alam tersebut tentu akan berdampak pada kesehatan masyarakat jelang momen mudik lebaran tahun ini.  

Hal itu diungkapkan oleh anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Dr. dr. Erlina Burhan SpP(K). Ia mengatakan perubahan iklim berisiko untuk kesehatan kerumunan mudik.

"Kalau anda berisiko untuk mudah terinfeksi seperti orang tua, orang dengan 'komorbid', punya risiko untuk tertular kan? Kita sadar diri saja untuk memakai masker," kata Erlina dikutip dari ANTARA pada Rabu (28/3/2024).

Erlina mengatakan musim hujan juga berpotensi menurunkan sistem imun pada sebagian orang.

Baca Juga:Mendaki Gunung Lewati Lembah, Senkom Mitra Polri Keliling 4 Wilayah Sambangi Pospam Mudik

Oleh karena itu, menurut Erlina, berkerumun adalah saat dimana orang perlu meningkatkan kewaspadaan, termasuk menjaga tubuhnya tidak tertular penyakit yang dapat menyerang saluran pernapasan seperti COVID-19, contohnya, atau penyakit Flu Singapura yang kasusnya sedang meningkat oleh adanya infeksi Coxsackievirus.

Terkait Coxsackievirus, modus penularan cukup banyak. Umumnya adalah kontak langsung dengan penderita lewat ruam lenting pada kulit yang terbuka (pecah) atau cairan droplet menyentuh mulut dan rongga mulut kita, atau lewat makanan yang masuk ke mulut.

Penyakit itu membuat penderitanya demam, batuk dan sakit tenggorokan dengan masa inkubasi rata-rata 10 sampai 14 hari.

Kematian akibat penyakit ini masih sangat jarang terjadi, tingkatnya masih di bawah penyakit Monkey Pox atau cacar monyet yang angka kematiannya antara tiga sampai enam persen.

Prinsip penanganannya adalah bersifat suportif dan pemberian obat sesuai gejala. Karena belum ada vaksin untuk Flu Singapura, pastikan melakukan etika ketika batuk dan kurangi kontak langsung dengan individu lain serta sterilisasi tangan dan jaga higienitas tubuh dengan mandi setiap hari.

Baca Juga:Libur Lebaran di Solo, Presiden Jokowi Tetap Kerja Memantau Arus Mudik

Hingga pekan ke-11 2024, menurut Erlina, Kementerian Kesehatan melaporkan terdapat 5.461 orang terjangkit Flu Singapura di Indonesia.

Dia menambahkan, Dinas Kesehatan Banten melaporkan 738 kasus Flu Singapura di kawasan tersebut terjadi sejak Januari hingga Maret 2024.

Sementara itu, kata Erlina, Dinkes Depok melaporkan 45 kasus suspek Flu Singapura di kawasan tersebut terjadi sejak Januari hingga Maret 2024, 10 pasien di antaranya dirawat di satu rumah sakit.

"Di negara lain ternyata Flu Singapura atau Hand, Foot, and Mouth Disease itu juga dari waktu ke waktu meningkat," kata Erlina.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak