SuaraSurakarta.id - Salah satu hal yang istimewa dari bulan Ramadan adalah dianugerahinya malam Lailatul Qadar untuk umat Muhammad SAW. Hanya saja, Malam Seribu Bulan ini tidak secara gamblang disebutkan oleh Allah SWT akan jatuh pada hari ke-berapa dalam Ramadan.
Oleh karena itu, tak sedikit umat muslim yang menanti dan mencari pertanda-pertanda dari datangnya malam kebaikan tersebut dengan maksud hendak memperbanyak ibadah. Lantas, apa saja pertanda turunnya malam Lailatul Qadar dan bagaimana cara meraihnya?
Sejumlah ulama telah memberikan tips untuk dapat meraih keistimewaan malam Lailitul Qadar, salah satunya adalah K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha.
Apa Keistimewaan Malam Lailatul Qadar?
Baca Juga:Ini Jadwal Azan Magrib Kota Solo dan Sekitarnya pada 18 Maret 2024, Lengkap dengan Bacaan Doanya
Dianugerahinya malam Lailatul Qadar untuk umat Muhammad itu bermula dari keirian Rasulullah terhadap usia nabi dan umat terdahulu yang mencapai ribuan tahun. Nabi Muhammad iri lantaran mereka dapat beribadah lebih panjang dibandingkan dengan umatnya.
“Jadi, usia Nabi Nuh itu 1.700 tahun. Menjadi nabi selama 950 tahun. Lah, Nabi Ibrahim itu katanya umurnya 300 tahun. Jadi, nabi-nabi terdahulu itu usianya ribuan tahun,” ujar Gus Baha dalam bahasa Jawa dikutip dari media sosial TikTok @budisofi_channel pada Selasa (19/3/2024).
“Kanjeng Nabi Muhammad itu iri, irinya itu karena umur (pendahulu) yang panjang, lalu ibadahnya seperti Nabi Nuh. Betapa banyak pahalanya. Umur (nabi) hanya 63 tahun,” sambungnya.
Lantaran perasaan iri Nabi Muhammad tersebut, Allah menurunkan surat Al-Qadr. Sejak itu, Rasulullah SAW merasa tenang.
“Umatmu itu umurnya pendek, tapi Saya beri kesempatan ibadan setingkat kaum terdahulu. Karena itu, diberikan malam Lailatul Qadar yang sama dengan 1000 bulan, 83 tahun 4 bulan,” tutur Gus Baha.
Baca Juga:Jadwal Imsakiyah Kota Solo Senin 18 Maret 2024, Disertai Bacaan Niat Puasa Ramadan
Ini Tips Meraih Malam Lailatul Qadar dari Gus Baha
Berbeda dengan ulama yang lain, Gus Baha tidak fokus untuk mencari pertanda turunnya malam tersebut. Menurutnya, setiap muslim yang beribadah pada setiap malam bulan Ramadan akan lebih mudah meraih keistimewaannya.
“Tidak usah membayangkan mencari matahari yang sinarnya tidak panas. Ada-ada saja,” ujar Gus Baha.
Menurutnya, Nabi Muhammad tidak pernah bersabda demikian. Menurutnya, yang penting adalah beribadah (menghidupkan) bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala kepada Allah, maka muslim tersebut akan mendapat keistimewaan Lailatul Qadar.
“Cuma alamatnya itu ada. Tapi alamat tidak harus tau, malah kalian cari,” tuturnya.
Lebih lanjut, Gus Baha menjelaskan bahwa Lailatul Qadar memang memiliki alamat. Hanya saja, alamat tersebut hadir ketika malam istimewa tersebut sudah lewat.
“Ya kan alamatnya sudah kelewat kan, di dalam hadits. Alamatnya, malamnya Lailatul Qadar, baru paginya matahari itu tidak begitu terik,” ungkap Gus Baha.
“Kan sudah terlewat. Lah misalnya kamu tahu saja, tapi tidak mendapatkan pahala Lailatul Qadar? Ya lebih baik mendapatkannya, tapi tidak tahu alamatnya,” lanjutnya.
Gus Baha kemudian menekankan bahwa yang terpenting pada malam-malam Ramadan, umat muslim yang menjalankan tarawih, tidak dengki, disertai hati yang bersih, maka dia sudah pasti mendapatkan Lailatul Qadar.
“Dawuh sayyidina Usman malah lebih gampang lagi. ‘Orang yang salat isya berjamaah itu sudah setara dengan salat sunnah sepanjang malam’, tidak usah tahajud, tidak usah witir, yang penting salat berjamaah saja. Biasa saja, itu yakin Ghufran-nya pangeran,” pungkasnya.
Kontributor : Dinnatul Lailiyah