“Kedua kondisi ini akan menyebabkan aliran darah ke otak terganggu dan terjadilah stroke iskemik. Selain menyebabkan penyumbatan aliran darah, hipertensi juga menyebabkan terjadinya pendarahan di otak, lipohialonosis pembuluh darah arteri berukuran kecil, sehingga menipis dan pecah,” kata dia.
Oleh karena itu, Eka menyarankan sebagai bentuk upaya preventif terhadap kerusakan syaraf, bagi masyarakat yang memiliki hipertensi untuk menurunkan tekanan darah sesuai target yang telah ditentukan serta mengontrol variasi kenaikan tekanan darah dalam waktu 24 jam, terutama di pahi hari dengan melakukan intervensi gaya hidup dan medikamentosa.
Kemudian bila terjadi stroke, harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas yang memadai. Sebab pada kasus stroke iskemik, akan dilakukan trombolisis intravena (IVT) dalam kurun waktu empat jam tiga puluh menit setelah waktu emas penanganannya.
Sementara pada kasus pendarahan kecil perlu dilakukan tindakan konservatif dan untuk pendarahan yang luas dibutuhkan tindakan operasi untuk mengevakuasi pendarahan. Eka menyatakan jika dibutuhkan, pasien bisa saja dipasang drainage (VP shunt).
Baca Juga:Penyakit Diabetes Perlu Diantisipasi, Dokter Sarankan Konsumsi Rasa Tawar: Karena Manis Itu Persepsi
“Bagi pasien hipertensi yang mengalami gangguan kognitif dan demensia harus mendapat terapi khusus termasuk berbagai latihan dengan tujuan memperlambat penurunan fungsi dan memperbaiki kualitas hidupnya,” kata Eka.